Kenapa Harus Beda?

05.48.00


Bagi orang-orang yang sudah mengenal saya sejak lama mungkin akan kebingungan kenapa saya berubah menjadi orang yang bawel. Kesambet? Tentu bukan.
Mari saya ceritakan!
Ketika kecil, saya ini anak yang pendiam. Kebiasaan saya ketika Taman Kanak-Kanak adalah menangis dan minta digendong dari Bapelkes Lemahabang hingga TK Al-Barkah kepada Ibu saya. Saya juga selalu duduk di belakang. Bukannya tanpa alasan, saya paling tidak berani kalau harus menjadi pusat perhatian. Apalagi pernah suatu saat, Ibu Guru menanyakan kepada kami apa warna jeruk. Ketika itu dengan suara lantang saya menjawab, “koneng gedang!”. Tapi, semua orang malah tertawa. Saya yang masih kecil tentu kebingungan, kenapa semua orang ketawa. Saya yang lahir dari keluarga dengan suku Sunda, tentu saja jika ditanya apa warna jeruk ya pasti akan menjawab itu. Ternyata, teman-teman saya tidak mengerti apa yang saya katakan. Wajar saja, kebanyakan dari teman-teman saya bersuku Betawi atau Melayu. Sehingga, ketika saya menyebut koneng gedang, mereka tidak mengerti apa yang saya katakan. Kemudian saya diminta maju ke depan, dan Ibu Guru memberitahu semuanya kalau saya ini orang Sunda, jadi kata beliau, oranye dalam bahasa Sunda itu adalah koneng gedang. Makanya, apa yang saya katakan itu adalah tepat, kata Ibu Guru. Tapi, memang dasarnya anak kecil, karena kejadian ditertawakan itulah saya menjadi tidak percaya diri jika berada di depan kelas.
Kemudian, pas SD saya sudah mulai kenal Sega hingga PS. Omong-omong, kakak saya ini punya banyak mainan. Dari jaman Sega hingga PS 2, dia selalu punya. Bahkan lego juga dia punya satu box besar. Tapi, namanya juga seorang kakak, kalau adiknya mau pinjam pasti tidak akan dikasih. Alhasil, saya biasanya rental PS ke tetangga. Saking pemalunya, biasanya saya nyuruh teman untuk booking PS, setelah itu, malah dia yang asyik main. Kalau udah kelar, saya yang bayar.
Entah yang terakhir itu karena pemalu apa karena bego.
            Sampai menginjak SMA saya masih tidak terlalu percaya diri kalau di depan kelas. Malah, kalau ada presentasi saya selalu tidak banyak berbicara. Berteman juga paling itu-itu saja.
So, why I changed?
A simpel answer.
Karena untuk dikenal, jika kamu tidak bisa menjadi yang paling pintar. Tidak bisa jadi yang paling bodoh. Tidak bisa jadi yang paling rajin. Dan tidak bisa jadi yang paling malas. Maka jadilah yang berbeda.
Kenapa saya harus berbeda?
A simpel reason, too.
Supaya orang menganggap keberadaan saya. 

You Might Also Like

0 komentar