Dibodohi Provokasi Orang Bodoh

21.10.00

Orang bodoh adalah orang yang sukarela dibodoh-bodohi provokasi orang bodoh.
Well, dibaca dulu pelan-pelan, lalu cerna.
Kita tahu, sekarang ini banyak sekali informasi bohong yang dengan sengaja disebar untuk maksud tertentu.
“Biasanya” karena dia dibayar oknum.
Atau
Ada juga berita yang dikemas sedemikian rupa untuk mengangakat satu pihak dan/atau menjatuhkan pihak lawannya.
Bisa juga keduanya.
Orang zaman sekarang cenderung terlalu terburu-buru menanggapi berita. Tidak mencermati kata per-katanya, atau ditelaah kebenaran isinya. Mereka biasanya langsung terpancing dan membuat kesimpulan lalu disebar secara masif begitu saja.
Kejadian ini terjadi berulang kali belakangan ini. Malah sangat sering.
Ayah saya salah satu contohnya.
Beliau sangat mudah terprovokasi dengan berita yang muncul dari media antah berantah.
Padahal, kalau mau baca berita yang serupa di berbagai media yang lebih kredibel, kelihatan mana yang benar dan mana yang dipaksa untuk benar.
Apa susahnya kumpulkan informasi lebih banyak?
Saya suka tertawa sendiri kalau ada yang mengirim berita di grup Whatsapp yang kalau saya baru baca judulnya saja penuh dengan bumbu-bumbu opini sesat.
Misal, tentang uang pecahan Rp. 100.000,- yang katanya memakai logo mirip PKI.
Uang baru dicetak oleh Pengusaha Cina.
Ada juga tentang (ikut) digrebeknya Gading dan Gisel oleh petugas BNN.
Banyak sekali orang bereaksi keras mengecam ketiga hal tersebut. Menghakimi Bank Indoneisa, mencaci maki pembuat uang, dan juga menghina pasangan Gading dan Gisel.
Hallo!
Please, baca dulu, telusuri secara teliti.
Untuk masalah logo mirip PKI itu, tolong dilihat langsung secara diterawang, pasti anda tahu apa yang sebenarnya. Bank Indonesia juga cerdik, Bung. Untuk mencegah terjadinya pemalsuan mereka melakukan hal tersebut.
Kemudian uang baru yang katanya dicetak oleh Perusahaan milik Pengusaha Cina.
Huft. Tanpa kita bahas panjang pun, sebenarnya kita tahu ini info yang menyesatkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1971, yang berhak mencetak uang rupiah ya Perum Peruri. Lalu, apa bisa dicetak yang lain? Tentu itu kalau ada hukum positif yang baru. Selama belum ada peraturan yang mengaturnya lain, maka info itu jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Lalu permasalahan Gading dan Gisel.
Nah, ini yang cukup membuat saya heran sama orang-orang. Baru semenit berita itu muncul di media massa, akun Instagram milik mereka berdua saya lihat sudah penuh hujatan. Padahal, kalau dibaca seksama, sih, mereka hanya ikut terjaring razia rutin BNN.
Siapa pun bisa terjaring razia rutin.
Razia rutin itu sifatnya hanya pemeriksaan, bukan penangkapan.
Razia dalam hal penangkapan lebih lazim disebut penggerebekan.
Tolong dibedakan.
Sehingga, mereka bisa saja terbukti salah atau terbukti tidak salah. Jadi, tentu kita tidak bisa menghakimi begitu saja jika mereka belum terbukti salah.
Hasilnya?
Tidak lama berselang, muncul berita dan juga klarifikasi dari keduanya tentang hal tersebut.
Dan ternyata, mereka terbukti tidak salah.
Dari semua hal di atas, kita seharusnya bijak menyikapi setiap informasi yang ada. Baca dulu beritanya, telaah isinya, cermati kata-katanya, dan bandingkan informasi dari yang lain. Selain itu, kita juga harus bersabar dalam menyimpulkan, kalau informasi yang sudah didapatkan sudah menunjukkan fakta, barulah buat kesimpulan.
Verifikasi dulu, kalau sudah ketemu faktanya, baru sebar.

You Might Also Like

0 komentar