Balada Patah Hati

15.40.00

Setiap orang pasti pernah ngerasain yang namanya patah hati. Entah itu bapak-bapak kantoran dengan jas rapi, anak muda yang hobinya nongkrong di coffee shop sampai pagi, abege-abege yang pergi ke mall pakai seragam sekolah dan celana begi, atau kucing betina kampung di rumah gue yang selalu hamil tanpa suami. Ya, orang-orang selalu punya kisah patah hatinya sendiri, termasuk gue.

Gue inget, di pertengahan 2010, ada patah hati yang sulit gue simpan dengan rapi. Seperti para manusia susah move on lainnya, bayangan mantan masih saja datang di pikiran gue. Bahkan terkadang, kalau lagi berpapasan dan ketemu dia di sekolah, ada getir yang membuncah. Gue berasa orang paling sekarat di dunia waktu itu. Perih. Rasanya pengin bilang “hei, aku masih sayang sama kamu.” Tapi percayalah, apapun yang ada di pikiran kita pasti gak akan keluar kalau ngalamin momen seperti itu. Yang ada, kita dan dia sama-sama berjalan tanpa menghiraukan satu sama lain. Sedikit baiknya, mungkin ada juga yang bisa saling lempar senyum sama mantan. Walau pasti itu rasanya lebih pahit dari rasa obat terpahit dimana pun. Karena senyuman mantan pada kita adalah hal termanis, sekaligus hal tersakit yang pernah ada. Manisnya, untuk laki-laki melihat senyuman mantan sama seperti ketika melihat senyuman wanita paling cantik di dunia ini. Karena wanita yang sudah jadi mantan, akan jauh lebih cantik dibanding pas pacaran. Sakitnya, kita harus sadar akan status yang sudah, mantan. Atau yang lebih sakitnya, kita harus terima kalau senyuman itu adalah senyuman paling manis dari mantan yang sudah menjalin ikatan dengan lelaki lain yang lebih tampan. Untuk yang ngalamin hal yang terakhir gue saranin mending lu pindah sekolah ke sekolah lain, atau pindah keluar kota, atau pindah ke luar negeri, atau mungkin...bisa juga pindah kelamin. Kalau mau di Thailand banyak yang murah, kok, mau gue kenalin sama dokternya?

Berselang beberapa bulan kemudian, di akhir 2010, ada hal yang membuat gue sedikit bisa lupa dengan mantan gue. Waktu itu ada teman SMP pas kelas VIII yang add Facebook gue. Dari situ kami jadi intens komunikasi. Gue cerita gimana susahnya move on dari mantan gue sebelumnya dan dia juga cerita gimana susahnya jalanin hubungan sama orang yang cuek. Banyak hal yang kami bagikan. Sampai akhirnya, dia kirim sms, “boleh gak aku gantiin, si ‘anu’ di hati kamu?”

“Hah? Maksudnya?” jawab gue, polos.

Dia membalas, “aku mau kamu lupain dia, dengan sama aku.”

Percakapan terus berlanjut, bla bla bla bla bla bla. Dan kami pun jadian.

Lima tahun berlalu. Sekarang tahun 2015 awal, saat ini adalah patah hati yang terhebat buat gue. Tapi gue percaya, di setiap patah hati, akan selalu ada jatuh hati lagi nantinya, begitu terussampai nanti kita nemuin yang membuat kita selalu jatuh hati setiap harinya, tanpa pernah lagi merasa patah hati.

Memang, terkadang ada patah hati yang mengubah diri seseorang menjadi orang yang tertutup, traumatik, atau mungkin malah jadi seseorang yang berkelakuan buruk. Tapi pasti ada patah hati yang mengubah seseorang jadi orang yang lebih baik lagi, kan? Kalau dia bisa, kenapa kita enggak? Kita boleh hancur saat ini, tapi, apa kita harus tetap menunggu hujan berhenti? Sementara kita punya pilihan untuk mengenakan jas hujan, atau menggunakan payung untuk menembus hujan dan mendapatkan cahaya matahari di tempat yang lain.

Selalu ada masa dimana, yang tak terduga datang dan mengubah semuanya. Masa dimana yang berlalu hilang, dan berganti dengan yang baru. Karena semuanya tidak akan pernah sama terus-menerus. Yang hilang, pasti terganti. Selalu seperti itu.

You Might Also Like

0 komentar