Teringat yang Pergi

11.30.00

Bandung.

            Keina sibuk dengan dunia barunya. Teman-teman baru dan kehidupan baru yang penuh kebebasan, yang sudah lama dia inginkan. Bukan hanya itu, belakangan banyak lelaki yang mendekatinya. Tidak jarang Keina pun tertarik padanya. Tapi, bukan Keina namanya jika ia serius menjalani hubungan. Ia hanya menikmati kesenangan-kesenangan berflirting yang ia dapatkan dengan mudah.

            Namun, malam ini, ada sesuatu yang berbeda yang Keina rasakan. Ia merindukan seseorang yang sudah lama tak terdengar kabarnya. Keina membaringkan tubuhnya di tempat tidur, menatap ke langit-langit kamar. Pikirannya memutar kembali kenangannya bersama Reffa. Lelaki yang pernah mengenalkan Keina kepada keluarga besarnya. Lelaki yang pernah menemaninya selama hampir empat tahun. Lelaki yang ia sakiti.

            Reffa adalah partner bercinta terlama yang pernah ia jalani. Sejak SMA hingga menempuh kuliah. Hingga ia memasuki dunia baru, dunia kampus, yang penuh godaan untuk hatinya―dan hubungan Long Distance Relationshipnya. Dan Keina tergoda.

         Jalan empat tahun bukanlah waktu yang sebentar dalam menjalani hubungan. Banyak kisah yang terukir. Mulai dari menikmati kesenangan, hingga melawati rintangan. Yang awalnya malu-malu, sampai tahu kepribadian masing-masing. Teramat banyak hal, yang tentu sukar diabaikan. Satu-satunya hal yang menjadi tameng Reffa dalam mempertahankan semuanya―meski semakin lama semakin sulit di jalani―adalah perjalanan panjangnya bersama Keina.

“Apa aku harus berhenti, saat kita sedang membangun pondasi? Aku rasa tidak,” teguh Reffa saat mencoba memahami Keina.

Keina ingat sekali ucapan itu, sangat mengingatnya. Ucapan gusar yang diucapkan Reffa ketika mendengar kata “Aku suka sama dia, maaf…” dari mulut Keina―yang terus-menerus bermain api dengan lelaki lain.

Waktu itu, tak ada lagi yang bisa menjelaskan bagaimana perasaan Reffa, semuanya begitu samar untuk Reffa. Mendengar itu, Reffa hanya bisa menepikan segala sakit yang tak bisa terperikan. Siapa yang tak sakit hatinya mendengar langsung orang yang ia cintai sepenuh hati mencintai orang lain? Sakit. Ya, tentu saja. Tapi Reffa tetap ingin Keina menjadi bagian hidupnya, apapun yang terjadi.

Tapi, itu dulu―saat semuanya masih terjalin.

Keina menghela napasnya. Membiarkan ingatannya menghakimi setiap bualan hatinya. Meski kini ia bahagia tanpa Reffa, tapi cintanya pada Reffa tetap tidak pernah benar-benar habis.

“Mungkin aku pernah jatuh hati kepada orang lain, tapi tidak ada yang bisa melebihi jatuh hatinya aku sama kamu…” bisiknya.

You Might Also Like

0 komentar