Sepatu

10.40.00

“Cerita adalah perjalanan mencari.”

Dan inilah cerita kita. Sebuah skenario yang Tuhan beri untuk kita petik pelajarannya.

***
Mulanya, kita sama-sama sendiri; dengan kisah masing-masing yang belum terkubur rapi. Kita berbagai sedikit kehangatan dalam malam-malam yang selalu terasa begitu dingin. Sungguh, tak terlintas sedikit pun dalam pikiran kalau aku akan kembali terjebak pada pola yang serupa dengan kisah muramku sebelumnya.

...tentu dengan emosi dan alur yang lebih rumit.

Perasaan itu merangkak dengan lambat. Bahkan aku baru menyadarinya ketika ada jejak dalam hatiku yang mulai mengganggu.

Siapa yang melakukannya?

Mengejutkan…

Ternyata yang melakukannya adalah kamu. Ya, kamu. Kamu yang meninggalkan jejak itu. Bekas langkah kaki yang tertinggal ketika kamu menjadi muaraku saat jatuh. Bekas yang masih tetap tertinggal tanpa tersapu waktu.

Kamu tau? Karena kehadiranmu, aku sadar; sebuah harapan baru telah hadir.

Namun tiba-tiba Tuhan memberi sedikit permainan untukku. Permainan untuk menguji seberapa sabar aku melewati setiap jengkal perjalanannya. Meski memang bukan soal lulus atau tidak, tapi aku masih tetap percaya; senyumanmu tiap pagi masih lebih indah dari apapun.

Perlahan, nyeri menggerogoti benteng harapanku hingga runtuh. Kamu tidak sadar, di pertemuan terakhir kita, ada air mata yang luntur ketika tangan kita terlepas dan kita memutuskan untuk memalingkan wajah kita ke arah yang berbeda. Sakitnya terasa menggedor pintu hati dengan keras, seolah sedang menjerit-jerit tanpa suara.

Mereka bilang, baiknya aku katakan tangisan ini. Tapi aku sadar, aku berbeda. Aku hanya akan mengganggumu. Dan baiknya aku simpan rapi ini semua di tempat yang tak mau kuberi tau sedikit pun kepadamu.

...seperti yang kulakukan saat harus menerima, bahwa sepatu yang kausiapkan itu tidak cocok untuk kedua kakiku.

“Bagus, kan?” tanya Tuhan.

“Ya, tapi kakiku tidak berjodoh dengannya.” kataku getir. Terpaksa, aku harus menelan kekecewaan lagi.

Sulit rasanya aku hanya bisa menjadi pengagum terdekatmu. Kembali dipaksa menyusun setiap kepingan hati yang pecah. Dan harus tegar melihat kamu di sana menggenggam jemari seseorang yang lebih berhasil menyelaraskan langkah kakimu.

Sepatu yang bagus, selalu hanya disiapkan untuk mereka yang layak.

You Might Also Like

0 komentar