Surat Untuk, Dii #2

00.23.00

Dii, aku dan kamu sama-sama tahu ini lebih dari sekedar pertemanan. Namun, tidak ada penjelasan yang benar-benar mampu kita akui untuk hal ini. Satu-satunya hal yang kita ketahui hanya ketika aku sedang menjalin hubungan dengan perempuan lain, kemudian pada satu waktu kita terseret sebuah adegan dimana aku berkata “I love you” kepadamu. Dii, apa itu yang membuatmu menangis—selama ini? Kamu pasti menuduhku mempermainkan hatimu, bukan? Tidak. Aku memang mencintaimu, Dii.

Bagiku, kamu adalah perempuan yang tangguh. Kamu bahkan mampu bahagia tanpa siapa-siapa, hingga sampai akhirnya aku datang di hidupmu dan merusak kebahagiaan itu. Maafkan aku, Dii. Percayalah, kamu tidak membutuhkan aku. Seperti apa yang pernah kamu bilang padaku, kamu ingin mengurus semuanya sendiri. Kamu adalah perempuan mandiri, bukan pendrama.

Jadi, jangan lagi menangis, Dii. Kumohon. Lebih baik kamu simpan air matamu itu. Banyak hal indah yang suatu saat nanti akan memaksamu untuk meneteskan air mata bahagia, dan itu lebih pantas kamu lakukan daripada menangisi nasib kita—terus-menerus. Menangisi dirimu sendiri. Apalagi menangisiku.

Jangan tutupi matahari di hatimu, Dii. Bukalah sedikit. Biarkan pelangi mengeluarkan kamu dalam kegelapan. Aku yakin, jika kamu kembali sambut dunia seperti dulu, kali ini kamu akan lahir menjadi seorang perempuan yang lebih bersinar dari sebelumnya. Bersinar melebihi cahaya matahari di siang hari. Aku yakin itu, Dii.

You Might Also Like

0 komentar