Bingung

09.11.00

Pelangi,

Ingat saat kamu menyuruhku untuk mendengarkan lagu Karena Ku Sayang Kamu, dari Dygta?

Kamu bilang, itu isi hatiku—buat kamu.

Setelah kudengarkan beberapa kali, aku mulai tahu maksud dari lirik-liriknya; sebuah ungkapan rindu yang mendalam dan janji setia—untuk menanti waktu mereka bertemu—terhadap pasangannya­—yang berada jauh dengannya—karena sayang yang ia rasakan tulus untuk pasangannya.

Pelangi,

Aku sangat tersanjung ketika tahu arti lagu itu. Semakin sering kudengarkan lagu itu, semakin rasa sayangku terasa dalam untukmu. Ya, walaupun selera musik kita berbeda, tapi untung saja aku adalah tipe pendengar semua genre musik. Jadi, aku tidak kesulitan menikmati lagu Dygta yang kamu persembahkan.

Tapi—sekitar satu bulan yang lalu—lagu itu seperti tidak ada maknanya lagi saat kudengarkan kembali. Bukan karena aku bosan dengan lagu itu, tapi lebih karena aku perih mengetahui kalau kamu tiba-tiba menemukan orang baru. Dan yang lebih menyakitkannya, telingaku pun mendengar dengan jelas bahwa kamu mengakui kamu menyukai, dia; orang yang baru bertemu dua kali denganmu.

Lantas, kita berdua sama-sama bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kamu juga bingung harus bagaimana. Hubungan hampir tiga tahun yang begitu nahas, ucapku sambil tertawa sinis.

Cinta bisa begitu cepat berubah, ya, pikirku. Padahal, satu minggu lebih sebelum kejadian itu kamu bilang bahwa kamu milikku, dan aku milikmu. Sayangmu padaku begitu besar. Kamu tidak ingin kita berpisah, lagi. Kamu begitu yakin kalau kita akan selamanya. Kamu juga bilang padaku ingin kita bisa terus bersama sampai ada jenderal-jenderal kecil kita yang bisa melindungi masa tua kita nanti. Ah, begitu meyakinkan ucapanmu yang kudengar saat aku ragu akan masa depan kita itu. Yap, ketika aku mulai merasa sudah tidak ada yang harus dipertahankan.

Nyatanya, aku tidak pernah menduga akan ditinggalkan—benar-benar ditinggalkan oleh orang yang sangat aku cintai selama lima tahun lebih—dengan cara sesakit ini.

Pelangi,

Lewat pesan singkat, kamu pernah bertanya apa aku sudah mencari pengganti setelah kita berpisah.

Hey! Apa kamu pikir aku akan cepat melupakanmu?

Tentu, tidak. Ini patah hati terparah yang pernah menimpaku. Aku butuh waktu yang lama untuk memulihkan semuanya—memperbaiki hatiku, dan keadaan hidupku—agar bisa seperti semula. Butuh perjuangan ekstra untuk aku mampu beradaptasi dengan begitu banyaknya ingatanku tentangmu.

Pelangi,

Waktu begitu cepat berlalu. Kamu sangat cepat berubah. Begitu pula aku. Setelah perdebatan panjang, serta proses berpikir yang sangat memakan waktu dan pikiran kita berdua, kamu kembali datang—sama seperti saat satu minggu lebih sebelum kejadian itu—padaku. Kamu berkata kamu ingin kita bisa mewarnai hari-hari kita dalam satu. Entah itu hitam, putih, abu-abu, merah, atau biru, atau warna apapun, kamu ingin melalui semuanya bersamaku, selamanya.

Aku bingung. Aku masih sangat ragu. Pula sangat takut. Ah, aku tidak tahu harus bagaimana.

Apa aku harus mundur saja? Dan lanjut memperbaiki hatiku.

Aku terlalu bingung, walau sekedar untuk berpikir.

You Might Also Like

0 komentar