Soe dan Alam

03.05.00

Jumat, 5 Januari 1962

            Seorang yang berani melihat fakta-fakta realis, mau tidak mau akan mempunyai nada yang pesimis. Freud begitu kecewa karena orang-orang yang selalu berusaha hidup dari ilusinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga untuk menolak realitas kehudupan. Dan semua orang kebanyakan berpikir begini, mau tidak mau seorang harus menjadi begini. Dalam suatu kesadaran akan nada-nada murung, orang dapat bersikap dua, dengan tabah menghadapinya dan orang yang berpaling dari padanya.

            Tapi aku berdebat dengan kakak si Eng Lay yang tertua. Dia mencoba mempertahankan suatu pendapat bahwa ada dasar sifat bangsa pribadi secara biologis, dan aku berusaha meyakinkannya akan kesalahan ini, “Bacalah buku yang terbaru”, kataku. Dan dia jawab, “Ah, engkau mah enggak mau. Lihat dia begitu takut berhadapan dengan keberanian seperti Drakula takut akan cahaya matahari”. Kebenaran ini lembut dan mesra tetapi begitu murung.

            Sangat menarik sekali membaca Aera Eropa dari Jan Romein. Dia becus, yang bagiku ada hal-hal yang baru. Dia bicara tentang masa pergeseran yaitu sekitar 500 SM. Pada masa akibat dari kekacauan-kekacauan, manusia menolak untuk mengikuti pemikiran-pemikiran tradisionil. Bagi mereka suatu pegangan hidup telah hilang dan harus mencari nilai-nilai pandangan yang baru. Lalu, lahirlah Lao Tze, Kong Fu Tze, Buddha, Upanishad, Zarathustra, Ilyad dan juga Yunani lahir pemikiran-pemikiran ilmiah. Memang ini merupakan sesuatu yang pernah aku baca dalam buku Radhakrishnan. Untuk sementara barangkali suatu kekacauan. Dan timbulnya kota-kota dan kaum elite merupakan bidang yang sangat menarik untuk diselidiki, baik secara sosiologis, filsafat, ataupun historis. Tetapi Jan Romein tidaklah membuka sesuatu “penyelesaian” yang agak memuaskan, justru membuka beberapa daerah misteri baru. Ia katakan sifat orang Yunani yang harus berhati-hati, baik karena bergeseran tugas ataupun karena geografinya, melepaskan diri dari rumpun yang lama dan dalam hal ini melepaskan pegangan pemikiran. Sekarang dapat ditanyakan “Apakah pemisahan bangsa harus selalu merupakan pelepasan dari pemikiran tradisional?” Aku kira tidak. Dapat saja orang Yunani membawa dan memperkembangkan pemikiran-pemikiran baru tersebut. Ke-“khas”an Yunani barangkali jauh lebih dalam sebab-sebabnya. Ia bertanya apakah tidak mungkin karena iklim Yunani yang baik sehingga manusia merasa terlepas dari alam (tidak harus “menaklukkan” atau mengikutinya) dan dapat memandangnya secara obyektif? Dalam hal ini pula ia bermain-main dengan kemungkinan suatu determinisme geografis dan hal ini sangat berbahaya. Juga dalam bab mengenai Romawi, dia tidak memecahkan misteri mengapa orang Romawi pandai berorganisasi dan mencintai hukum?

            Secara keseluruhan buku ini amat menarik dan membuka perspektif-perspektif yang lebih luas (waktu tidak mendalam) terhadap pemikiran-pemikiran manusia.

            Aku sendiri percaya bahwa alam sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kebudayaan. Dan Ibu Subathio pernah “menyemprot” saya supaya tidak terlalu tinggi menilai alam.

                                    Hidup
            Terasa pendeknya hidup memandang sejarah,
            Tapi terasa panjangnya karena derita,
            Maut, tempat perhentian teakhir
            Nikmat datangnya dan selalu diberi salam.
                                                5-1-1962


*** Diambil dari Halaman 123, buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie. 

You Might Also Like

0 komentar