Saya, "Aneh"?
04.52.00
Menginjak
dunia perkuliahan, entah kenapa jiwa saya begitu liar. Saya mulai sering
berontak menentang pemikiran atau pendapat orang lain yang saya rasa tidak
tepat. Bukan maksud menggurui atau tidak menghargai pendapat orang, saya hanya
ingin membenarkan apa yang menurut saya tidak benar, walau terkadang perdebatan
itu harus terhenti di tengah jalan karena saya terlalu ngotot dan menghabiskan
waktu perkuliahan terlalu banyak. Alhasil, lama-kelamaan saya mulai dijauhi
teman-teman saya karena pertentangan yang sering saya lakukan kepada mereka. Bahkan
saya sering diperingatkan agar tidak terlalu bersikeras dalam berdebat.
Tidak hanya dengan teman, saya juga sudah dua
kali berdebat keras dengan dua dosen yang berbeda. Simpel sih, berbeda pandang
dalam persoalan tentang dunia hukum yang dia jadikan intermeso. Sebenarnya saya
tidak akan keras berdebat kalau dia menerima pendapat saya. Karena justru yang
saya tentang adalah karena dia tidak ingin saya salahkan. Memang, saya bukan
mahasiswa hukum, dan kami tidak sedang belajar tentang hukum. Tapi sebagai seseorang
yang juga mencintai dunia hukum, saya tentu punya referensi yang lebih banyak.
Jelas, karena dalam tumpukan buku yang saya punya, mayoritas isinya adalah buku
tentang dunia hukum. Jujur saja saya juga tidak mengerti mengapa buku-buku
tentang hukum lebih menarik buat saya dibanding buku pengetahuan alam dan sains
atau novel remaja yang lebih diminati orang seumuran saya. Atas dasar banyak
bacaan itu saya mulai merasa sah-sah saja saya begitu, toh saya punya landasan
yang jelas dan kuat untuk saya menentang. Setidaknya saya hanya ingin memberi
dia pelajaran bahwa dosen tidak selamanya benar dan mahasiswa tidak boleh
menganggapnya salah. Terkadang, kami juga bisa benar dan dia salah.
Dari
berbagai macam hal itu, saya mulai dianggap orang yang terlalu sinis, bahkan
menurut orang yang sangat saya cintai sekalipun (yang lebih sering bertengkar dengan saya karena
berbeda pendapat tentang hal yang sepele). Tapi sungguh, saya tidak tahu harus
menyebut saya ini beraliran apa, idealis, realis, pragmatisme, analistis, atau
apalah, bahkan saya juga tidak mengerti bagaimana bisa pola-pikir saya semua
ini datang. Bagi saya, apa yang tidak tepat tetap saja tidak tepat, karena kita
juga harus membedakan mana yang menghargai dan mana yang memelihara kebodohan (membodoh-bodohi).
Dipikir-pikir,
sebenarnya saya memang tipe pemberontak sejak dulu. Dalam rumah saja contohnya,
saya sering sekali berdebat dengan orang tua dan kakak saya tentang hal yang
terjadi di sekitar kami. Entah kenapa saya menjadi orang yang sangat menentang
apa yang tidak saya ingin tetap terjadi. Simpel, otak saya memerintahkan saya
untuk tidak ingin dunia ini rusak karena setiap orang hanya bisa menerima tanpa
menolak hal yang merusak itu. Bahkan sampai kedua orang tua saya mulai tidak
pernah lagi ingin berdebat tentang apapun dengan saya. Begitu juga dengan kakak
saya, walau terkadang kami berdua masih suka berdebat (lebih sering tentang tim
bola).
Apa
saya salah atas pemikiran “aneh” saya ini?
0 komentar