Pertanyaan yang Sulit Kujawab

02.49.00

Gimana kabarnya dia?” tanyanya, setengah berbisik.

Lamunanku buyar seketika. Aku sudah menebak dia akan menanyakan hal ini cepat atau lambat sejak tadi.

Aku menoleh ke arahnya, “Baik-baik aja, kok,” jawabku sekenanya.

Aku boleh nanya soal kamu sama dia?” timpalnya.

Mata kami bertemu sepersekian detik sebelum aku palingkan lagi tatapanku lurus ke depan. Rona matanya membuat tubuhku mau runtuh, lemas bukan main. Kenapa harus seperti ini. Aku belum siap diintrogasi masalah hati. Bagaimana tidak, aku juga tidak mengerti dengan hatiku sendiri. Bahkan sejak aku mulai mencoba menggeluti cinta untuk pertama kalinya.

Aku tersenyum, “Gak ada yang ngelarang orang buat nanya,

Kemudian, ada sedikit jeda dari pembicaraan kami berdua, sebelum akhirnya dia kembali mengeluarkan peluru yang ternyata sudah siap dia tembakan sejak tadi.

Are you happy?

Klontang! Aku mendadak kaku.

Dengan menghela napas yang cukup panjang, aku coba berbicara, “Kita gak bisa mengukur suatu hubungan hanya dengan kebahagiaan,

Hmmm…” jawabnya, mengangguk ragu.

Sebenarnya aku tidak tau apa yang aku katakan tadi, tapi melihat reaksi darinya, nampaknya aku selamat kali ini.

Berarti kamu gak bahagia sama dia?” tanyanya, lagi. Sekarang, tatapannya berubah. Matanya sangat tajam memperhatikan gerakan kedua bola mataku. Wajahnya juga terlihat begitu penasaran menunggu jawaban yang kukeluarkan. Astaga, kali ini aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Aku hanya bisa menelan ludah.

*****

You Might Also Like

0 komentar