Pergeseran Tingkah Laku
04.37.00
Kondisi
jalanan akhir-akhir ini memang sangat semrawut. Sehari-harinya kita selalu
disuguhkan dengan keadaan jalanan yang begitu macet. Motor saling salip dan
ugal-ugalan. Angkot berhenti seenaknya di tengah jalan. Suara klakson tanpa
henti di sana-sini. Serta berbagai masalah jalanan lainnya.
Sebagian
besar pengendara pasti akan menjawab;
saya lagi buru-buru, sehingga pelanggaran lalu lintas menjadi
sebuah keharusan baginya. Memang bukan alasan yang tepat, tapi argumentasi
mereka mengindikasikan bahwa urusan saya adalah segalanya, dan keadaan
sekeliling tidak laik untuk dipedulikan. Saya boleh melakukan apa yang ingin
saya inginkan, dan orang lain tidak boleh mengganggu. Sehingga pada intinya,
dunia ini adalah milik saya.
Melihat
hal itu, saya jadi teringat ketika saya kecil dulu guru-guru saya selalu bilang
Indonesia adalah bangsa yang memiliki budi pekerti baik dan tenggang rasa
tinggi. Namun, seiring pertambahan umur, saya mulai menarik sebuah kesimpulan
bahwa itu adalah salah. Saya justru hanya melihat orang-orang yang tak acuh
satu sama lain. Saya juga hanya menemukan orang-orang yang lebih asyik dengan
telepon genggamnya ketimbang memedulikan apa yang terjadi di depannya.
Sudah
lama juga rasanya saya tidak menemukan orang-orang yang tidak saling kenal tapi
bisa tertawa dan bergurau besama. Membicarakan berbagai macam hal. Berteriak “Kiri!” bersamaan ketika ada yang
hendak berhenti untuk turun. Serta laki-laki mempersilakan wanita atau ibu-ibu
untuk duduk.
Pergeseran
norma di masyarakat saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Entah akan bagaimana
keadaan Indonesia ke depan jika masyarakat terus seperti ini. Nampaknya,
Indonesia tidak lagi membutuhkan orang-orang yang pintar, tapi Indonesia saat
ini lebih butuh orang-orang yang peduli terhadap sesama.
p.s.; Bisakah
anda mengubah semuanya? Indonesia di masa depan berada di tangan kita semua. Berubahlah!
0 komentar