Disela Tidur
02.22.00
Wanita
itu menyelinap di balik punggung pintu. Mengendap beringsut. Jarinya terlihat
gemetar memegang anak kunci itu. Gelap. Ruangan itu seperti tak berpenghuni.
Malam
akan berakhir beberapa jam lagi. Ia masuk ke ruangan tempat laki-laki itu
terbaring tidur. Tubuhnya terlihat lemah. Keringat di tubuhnya begitu deras
mengalir. Bibirnya putih kering. Tidurnya pasti tidak nyenyak.
Di
pinggir tempat tidur, ia bersimpuh hati-hati. Berusaha tak menimbulkan suara
yang mengganggu tidurnya. Ia terus memandangi kelemahan laki-laki itu. Ia tak
berani menyentuh. Cukup dengan menangis, ia menyampaikan kerinduannya. Menyampaikan
rasa bersalahnya. Menyesali ketidakpedulian sebelumnya. Walau memang terlambat.
Maafkan
aku, ucapnya dalam hati. Jauh di dalam hatinya, ingin sekali ia meloncat
mendekap lelaki itu. Namun, ia harus sadar, lebih baik dicukupkan sebatas menatapi
dan menjagai tidur lelaki itu agar tetap lelap. Dia jauh sangat membutuhkan
itu. Daripada hadirku. Tegasnya.
Lekas sembuh.
Tidurlah yang tenang, bisiknya pelan. Aku akan ada saat matamu terbuka. Esok,
lusa, atau berapa lamapun, hadirnya tubuhku untukmu. Biarkan aku terjaga
untukmu, sayang. Aku merindukanmu. Dan aku sangat mencintaimu. Ucapnya penuh
kasih. Menguatkan matanya untuk tetap terbuka hingga benar-benar harus tertutup.
0 komentar