Si Pengagum yang Beruntung
15.09.00
Bagi
sebagian orang, melihat adalah hal yang lumrah. Biasa saja. Pernahkah kita
berpikir, ketika anda adalah seorang pengagum. Ia hanya pemerhati. Melihat
orang yang dia suka, dan dia sudah bahagia. Keberaniannya hanya di dunia yang
tidak nyata. Menelusuri kata-kata dengan kursor yang berkedip. Mencari tahu,
tapi tanpa diketahui. Melihat, tapi tidak terlihat. Mereka jauh lebih hebat
dari seorang detektif. Jauh lebih pintar mencari cara dari seorang ilmuan. Bahkan jauh lebih cekatan dari seorang kiper.
Seorang
pengagum yang sebenarnya tidak pernah mampu berkata langsung dengan orang yang
dia cintai. Hatinya hanya tercipta untuk mencintai dari jauh. Bukan dari dekat.
Karena mereka jauh lebih paham meski tak pernah saling bercerita. Seluruh
hidupnya hanya untuk mencintai. Memberi tanpa permisi. Pula teguh menanti setengah
mati. Tidak akan pernah peduli ia tak disadari. Sejauh wujud setengah hatinya
tetap hidup dalam proyeksi yang dia ciptakan. Ia bahagia.
*****
Aku
melihatmu. Aku berada di sampingmu. Kamu berada di sampingku. Kita duduk berdua.
Benar-benar berdua. Di ruang yang hanya berisi kita. Sialnya aku bisu. Aku
tidak bisa berkata apapun. Alhasil kita hanya diam. Selama setengah jam. Sampai
akhirnya kita mulai kata-kata itu. Singkat. Tapi aku terpikat. Ketahuilah, ini
tetap sangat menyenangkan. Aku akan menunggu saat-saat seperti ini terulang.
Aku
mencintaimu. Duduklah kembali di sampingku. Kita bercerita lagi. Tapi, tentang
cerita kita berdua. Bukan cerita kita masing-masing. Kamu milikku, sejenak. Si
pengagummu yang beruntung bisa duduk berdua saja denganmu. Kemarin.
0 komentar