Sebentar

08.20.00

Aku menulis ini ketika aku sadar bahwa tidak ada lagi kejelasan yang kita cari. Aku menulis ini ketika aku berpikir tidak ada lagi yang bisa dikembalikan seperti dahulu lagi. Bersama luka yang teramat perih menggores setiap jengkal di hatiku, dengan susah payah aku mencoba mengendalikan jemari untuk bercerita. Kali ini bukan lagi sebagai perindu, tapi penikmat pilu. Seandainya waktu bisa aku putar, aku tidak ingin ada hal yang spesial kurasakan kepadamu. Mungkin karena aku mulai bosan berusaha mencarimu yang terus menghilang dalam kejauhan.

Awalnya, aku mulai mencintaimu, dan mulai percaya bahwa kamu juga mencintaiku. Setiap sapaan yang kaulontarkan, setiap perhatian yang kaunyinyirkan, setiap genggaman tangan yang kauisi setiap celah jemariku, setiap tatapan mata yang penuh kasih mengoyak telak hatiku; aku percaya ini adalah cinta. Sampai akhirnya kita lewati beberapa bulan penuh cinta, kasih, manis, menyenangkan, dan penuh retorika yang sangat meyakinkan punya jalan yang pasti. Harusnya aku menyadari bahwa terlalu dini bermimpi tinggi tentang akhir yang bahagia. Harusnya aku tau bahwa terlalu tolol aku menganggap semua ini akan berjalan di jalan yang ada akhir yang pasti.

Pada akhirnya aku sadar, aku hanya persinggahan ketika kamu lelah berada di dunia menyenangkanmu. Aku hanya sosok yang kaudatangi karena status, bukan karena keikhlasan untuk menyapa. Betapa bodohnya aku bisa sangat mencintai seseorang yang membebaskan hatinya untuk bisa mencintai banyak orang—hati yang katanya hanya diberikan untukku. Betapa butanya aku pernah mempercayai janji yang kini dia ingkari. Aku sesali semuanya saat ini. Aktingmu sangat meyakinkan dalam memainkan hatiku. Bodoh.

Aku tidak habis pikir, orang yang begitu manis mengatakan cinta, begitu piawai melantunkan rindu, dan begitu halus mengatakan kata-kata sayang adalah orang yang seharusnya tidak aku percayai. Mungkin karena kamu tidak menginginkan aku ketika kamu sudah tau betapa aku begitu tergoda akan keinginan untuk benar-benar menyatukan kita. Kamu tidak paham betapa cinta yang kurasakan sudah mengesahkan kamu satu-satunya untuk menempatinya.

Kalau kauingin mengakhiri; akhirilah. Pergilah jauh walau harus meninggalkan aku dan luka. Sebelumnya, berjanjilah; aku adalah orang yang terakhir kausakiti. Suatu saat nanti, mungkin kita akan bertemu; dan semoga kita bertemu dengan kebahagiaan masing-masing.

Terima kasih untuk tawa yang sempat kautitipkan. Untuk cinta yang sempat kausinggahkan. Serta untuk perhatian yang sempat kauberikan. Sekarang, aku sadar. Jangan terlalu cepat mencintai orang yang belum siap untuk terus mencintaimu.

You Might Also Like

0 komentar