Debu yang Terbang
09.50.00
Angin,
jangan lagi bawa aku terbang meninggalkan butiran lain yang tersembunyi dibalik
sinaran bumi. Terlalu sering aku tersesat di tempat yang tidak aku inginkan. Sekarang, aku tidak mengerti tempat yang baru
kudiami ini. Menyesal mungkin, tapi pada saatnya nanti aku yang akan bersaksi
tentang perjalanan ini. Bukan kamu, atau mereka. Banyak hal yang harus kupelajari. Banyak hal yang harus
kupahami. Bagimana mungkin aku bersaksi tanpa materi. Pula bagaimana mungkin aku mempelajari jika harus pergi secepat terik matahari.
Hujan,
jangan lagi pukuli aku dan teman-temanku. Kami tidak tahu apa-apa. Kami hanya
diam, walau sesekali peri angin menarik kami untuk segera pergi. Percayalah, kami tidak inginkan itu sama sekali. Apa yang bisa
aku dan mereka lakukan? Kami tidak punya apa-apa. Bahkan tempat berlindung juga
kami tak ada. Kami hanya bisa berdongeng satu sama lain. Menceritakan perubahan-perubahan
yang selalu ada setiap saat. Kami datang terhempas, beberapa saat kemudian kami
terlempar lagi. Terus seperti itu. Aku lemah. Kami lemah. Tidak seperti kalian.
Mimpiku tak banyak. Hanya butuh hidup. Tidak lebih. Tidak kurang. Dimanakah
seharusnya aku bisa hidup? Di sini atau di tempat lain? Aku
hanya butuh tempat tak berangin, dan tak berhujan. Biarkan
aku bersama matahari dan bulan saja. Mereka lebih mengerti. Walau aku harus dipaksa bertahan di tengah panas dan dingin kasihnya. Aku tidak peduli. Setidaknya, aku bisa bertahan lebih lama.
Supaya aku hidup dalam ketenangan. Dan supaya aku tidak lagi menjadi debu yang berterbangan. Tanpa arah.
0 komentar