Kesalahan yang Tidak Seharusnya

11.20.00

Setahun menjelang tahun 2014, kondisi perpolitikan di Indonesia mulai bergejolak dalam merebut pandangan masyarakat. Partai-partai mulai meluncurkan jurus-jurusnya dalam menuai citra baik di mata rakyat Indonesia. Mulai dari berontak atas kebijakan dari zona kekuasaan dengan mengatasnamakan kesejahteraan rakyat, memboyong publik pigur sebagai bagiannya, menggencarkan iklan-iklan di televisi, mengeluarkan iklan ucapan ketika peringatan hari-hari besar, bahkan ada pula yang mulai menggunakan media sosial sebagai tempat menuai citra.

Tidak dapat dipungkiri, tahun 2013 adalah tahun yang tepat untuk menjatuhkan lawan atau menaikan pamor partai sendiri. Dengan keadaan ini, tentu rakyat harus mampu berpikir dengan bijak agar mampu membedakan antara bualan dan kebenaran yang dilancarkan oleh partai politik. Setidaknya, keadaan itu sudah mulai terlihat jelas belakangan ini. Cukup disayangkan memang, karena cara para partai politik dalam merebut simpati sampai saat ini masih belum mengena di hati masyarakat sehingga masih ada saja masyarakat yang enggan memberikan suaranya dalam pemilihan kepala daerah.

Dalam suhu menarik perhatian masyarakat banyak sekali partai politik yang justru tergelincir terlalu jauh sehingga membuat pencurian perhatian yang mereka lakukan terlihat justru membuat pamornya semakin jatuh di mata masyarakat. Kita ambil contoh sebuah partai yang identik dengan keagamisan. Partai tersebut akhir-akhir in cukup membuat mata masyarakat tercengang dengan kasus yang membelit mantan presiden partainya. Karut-marut kasusnya mulai menarik satu-persatu bagian partai sehingga meruntuhkan pandangan bersih masyarakat tentang partai tersebut. Oleh karena itu, partai tersebut mulai mengambil kesempatan dalam sebuah rencana kebijakan kenaikan BBM. Sebenarnya, perlawanan mereka terhadap kebijakan itu memang cukup menolong masyarakat karena bagaimanapun partai tersebut adalah salah satu anggota koalisi yang pasti kuat berkontribusi dalam sebuah kebijakan. Namun, yang disayangkan adalah cara mereka menyampaikan ketidaksetujuaannya itu yang terlalu berlebihan sehingga mengundang pandangan yang miring.

Selain itu, ada pula fraksi partai dalam DPRD di suatu daerah yang sangat tersohor dengan gencar menolak sebuah kebijakan gubernur yang sebenarnya menguntungkan rakyat. Mereka beralasan kalau kebijakan tersebut cacat hukum dan terlalu dipaksakan. Namun, sebagai wakil dari rakyat seharusnya mereka membantu pemerintah untuk menyempurnakan kebijakan tersebut, bukan malah menghujatnya habis-habisan.

Mungkin itu hanya segelintir kesalahan partai politik dalam menarik perhatian masyarakat di masa panasnya suhu perpolitikan. Bagi saya, seharusnya para partai politik melahirkan orang-orang dengan track record yang bagus dan baik agar mampu menarik perhatian masyarakat, bukan si partai tadi yang memasukan orang-orang yang sudah terbukti memiliki track record bagus dan baik. Memang itu butuh waktu yang panjang, namun hasilnya pasti tidak akan sia-sia. Rakyat Indonesia sudah mulai kehabisan akal dalam mentolerir keadaan perpolitikan di Indonesia, sehingga dewasa ini golput mulai merajai setiap pemilihan kepala daerah.


"Mulailah berpolitik dengan jujur dan bersih untuk masyarakat, bukan berpolitik untuk menang di hati masyarakat."

You Might Also Like

0 komentar