Pribadi

05.56.00

Bicara tentang perhelatan dan banyaknya kontestasi politik kemarin, ada hal yang banyak sekali orang tanyakan kepada saya. Mulai dari apa arah politik saya, siapa yang saya dukung, yang mana yang saya pilih, dan sebagainya. Pada dasarnya, semua itu adalah hak pribadi saya dan orang lain tidak berhak untuk mengetahuinya. Sebab, yang namanya hak pribadi ya pribadi, jangan dijadikan hak publik. Contoh lain tentang masalah atau kehidupan kita. 

Kita juga sering mendengar kalimat "Kamu hanya tahu nama saya, bukan perjalanan hidup saya. Kamu hanya dengar apa yang telah saya lakukan, bukan apa yang selama ini saya lalui." Kalimat ini mengajarkan kita untuk tidak menghakimi suatu masalah atau perjalanan hidup seseorang. Sebab, tiap orang punya prosesnya sendiri-sendiri apalagi secara psikologis yang hanya orang tersebut yang tahu. Lalu, untuk apa kita yang tidak tahu apa-apa berkomentar dan mencampuri urusannya? Kembali lagi, yang bersifat pribadi adalah pribadi, bukan untuk umum. Kita harus sadar itu.

Itulah mengapa saya selalu menyuruh anak-anak murid saya untuk tetap masuk sekolah sekalipun terlambat beberapa jam. Di satu sisi memang saya tidak memberikan kedisiplinan, tapi ada aspek yang lebih penting buat saya, yaitu semangat ingin belajarnya. Karena saya percaya, saat anak terlambat datang ke sekolah dan dia berani untuk tetap datang, maka sudah pasti dia memiliki semangat untuk belajar, dan itu yang lebih penting dari apapun buat saya. Saya hanya akan menanyakan alasannya kenapa terlambat dan tidak pernah mau menghukumnya, sebab kedisiplinan yang dipaksakan karena rasa takut tidak ada harganya dibanding semangat belajar anak dalam kondisi apapun. Sebab ada poin perlawanan terhadap masalah yang ia lalui, dan itu pasti tidak mudah secara psikologis. Kita wajib apresiasi itu. Karena mereka pasti memiliki alasan terhadap keterlambatannya dan saya lebih peduli kepada alasannya untuk tetap sekolah dengan segala konsekuensinya. Lagi, saya menerapkan yang bersifat pribadi biarlah pribadi. Karena saya tidak pernah tau bagaimana pergulatan psikis yang dilaluinya. 

Oleh karena itu, mari kita belajar menempatkan apa yang bersifat pribadi tetap bersifat pribadi. Tidak perlu dibuka secara umum. Begitu pun perlakuan kita terhadap orang lain, jangan paksakan apa yang bersifat pribadi untuknya menjadi umum. Tiap orang punya kehidupannya yang tidak kita tahu, maka tidak perlu menghakimi apapun yang menjadi pilihannya. Cukup sadar, bahwa hidup adalah sesuatu yang ajaib untuk dilalui, bukan diketahui.

You Might Also Like

0 komentar