Cuma Bertemu, Bukan Bersatu

03.18.00

“Karena kita cuma ditakdirkan bertemu, bukan bersatu.” – Foto Profil Grup Info CPNS BNPT 2017

Kami disatukan dari berbagai daerah di Indonesia, berkumpul dalam sebuah fitur grup dari platform berbagi pesan yang hanya bisa berisi 255 anggota. Banyak hal receh yang kita bicarakan, mulai dari percintaan, hingga obrolan dewasa.
Pukul tiga pagi, saya melihat obrolan sudah sampai seribu dua ratus lebih. Namun, bukan obrolan galaunya yang memang sudah tidak asing lagi semenjak hari pertama pelaksanaan tes SKD berlangsung, tapi yang menarik perhatian saya adalah apa yang menjadi foto profil grup “heboh” ini. Kata-kata yang begitu menggambarkan keakraban dan kekeluargaan, sekaligus kesedihan, karena harus terpisahkan oleh keadaan.
Saya masih ingat, setelah menunaikan shalat dzuhur, saya berjalan ke gerbang depan Kantor BKN, tepatnya di depan pintu masuk ATM BNI. Di sana saya tidak tahu harus melakukan apa. Sebab, saya tidak diperbolehkan untuk duduk di area tenda merah. Karena pada waktu itu, sesi IV sedang bersiap-siap, mau tidak mau saya yang kebagian sesi V harus menyingkir.
Karena tidak tahu mau melakukan apa, akhirnya saya kembali ke area Kantor BKN, dan memilih untuk berdiri di area pagar besi, sambil menyaksikan teman-teman sesi IV menyiapkan dirinya.
Di sana, saya bertemu dengan Rendi asal Lampung dan dua orang temannya. Kebetulan Rendi satu sesi dengan saya, tapi beda gedung. Sedangkan dua rekannya harus memasuki tenda karena mereka adalah peserta sesi IV. Di situ, kami mengobrol banyak hal.
Tidak lama, datang seseorang pria mirip Komika Benedion, namanya Deni asal Bengkulu. Dia juga satu sesi dengan kami, tapi dia satu gedung dengan Rendi. Kedatangan kawan baru, membuat kamu semakin klop. Banyak obrolan yang sangat cair di antara kami bertiga, sehingga ketika peserta sesi V mulai diperbolehkan memasuki lokasi tenda persiapan, kami memilih duduk bertiga di kursi paling belakang.
Meskipun waktu tes sudah semakin mepet, tapi apalah daya kami para lelaki yang justru memilih untuk membicarakan bidadari-bidadari yang menggoda. Alhasil, kami pun menjadi kelompok yang paling berisik di area tenda ini. Tidak hanya berisik di dunia nyata, kami juga menginisiasi kegaduhan di grup Info CPNS BNPT 2017. Mulai dari menggoda peserta lain, hingga meminta peserta yang lain mencari kami. Eits, tapi kami lelaki baik-baik kok. Kami hanya ingin menambah teman.
Berselang beberapa saat, kami memanggil dua orang laki-laki dan satu orang perempuan yang sedang kebingungan mencari tempat duduk. Kami ajak mereka memasuki dunia gila kami. Mereka pun duduk, dan kami pun memperkenalkan diri kepada mereka. Mereka adalah Dika asal Tegal, Adit asal Tegal, dan Nurul asal Margonda.
Kalian tahu sendiri lah, kedatangan perempuan di kelompok kami menjadikan suasana semakin tidak karuan. Modus-modus pun saya dan Rendi keluarkan. Rayuan-rayuan andalan pun terlontar dari yang lain kepada Nurul. Namun, respon hangat dan tidak risih dari Nurul semakin membuat kami merasa nyaman berkelakar.
Semakin lama, kami berenam terus terlibat obrolan yang asyik. Sehingga, untuk meminta permen atau pun lem kami tidak merasa malu-malu lagi. Malah tidak tahu malu.
Kemudian, datanglah Mbak Ofi yang tinggal di Kemayoran, si Ratu yang selalu aktif di grup. Tidak berselang lama, datang juga Noor asal Yogya (yang kedatangannya membuat hati saya jadi bercahaya). Ya, kegilaan kami pun makin menjadi-jadi. Anehnya, tidak ada lagi kecanggungan di antara kami berdelapan. Kami ngobrol dari A sampai Z tanpa putus. Bahkan, ketika saya berniat baik mengambilkan kursi dari bagian depan untuk seorang perempuan di samping Deni yang tidak kebagian tempat duduk pun, saya tidak dilewatkan diejek mereka semua. Tidak hanya obrolan tak berfaedah saja, tapi saya dan Rendi sempat mengobrol dengan Mbak Noor yang ternyata pernah bertemu langsung dengan salah seorang pelaku penyimpangan radikal. Dia menceritakan bagaimana keseharian orang tersebut, dan menurutnya, beliau adalah orang yang bersahaja, bahkan Mbak Noor sempat ditarawi bakso. Tapi, saya merasa pasti ada hal yang ia tutupi dari dunia luar tentang dirinya, dan Mbak Noor mengiyakan dugaan saya tersebut.
Setelah sekian banyak obrol kami semua, menjelang persiapan, datanglah Kang Agus asal Ciamis, seorang guru yang mencoba mengadu nasib bersama kami. Kekompakkan kami pun begitu padu. Kami berkelakar tanpa habis, meski peserta di sudut lain asyik belajar.
Kemudian, pukul 14.00 kami mulai bergerak sesuai gedung tes masing-masing. Saya, Dika, Adit, Noor, Nurul dan Kang Agus berpisah dengan Ofi, Deni dan Rendi. Tapi, di tengah perjalanan saya sesekali melihat ke arah Deni dan Rendi, sembari memberi semangat untuk kami semua. “Semangat, Boi!” sambil diselingi tawa.
Mulai dari penitipan tas, hingga berbaris ke lokasi Body Checked, kami berenam tidak pernah berpisah. Hanya saja, ketika hendak ke lantai 8 untuk briefing, Adit harus tertinggal karena lupa menaruh dompet, yang memang dilarang oleh panitia. Alhasil hanya tinggal kami berlima. Lalu, kami pun melakukan briefing di sebuah ruangan di gedung B lantai 8. Selain briefing, kami juga melakukan verifikasi dan validasi data. Banyak sekali kejadian lucu yang terjadi di antara kami berlima, terutama saya. Mulai dari lupa tempat duduk, lupa melakukan validasi, foto di ktp yang dianggap berbeda dengan wajah kami saat ini, hingga serobot-menyerobot antrian diantara kami berlima.
Setelah briefing, verifikasi dan validasi, serta shalat Ashar, kami pun mulai memasuki ruangan tes. Di tempat tes, kami duduk berjejer. Nurul paling kiri, diikuti Noor, lalu Kang Agus, saya, dan terakhir Dika. Di sana kami diberi sedikit informasi tata cara pelaksaan tes. Agar tidak ada kesalahan yang terjadi ketika kami mengerjakan soal.
Kemudian, pukul 16.00 kami pun mulai mengerjakan soal dengan serius (sekaligus pusing).
Setelah melaksanakan tes, satu-persatu kami keluar ruangan dan kembali berkumpul di tenda merah. Ada raut wajah bahagia, tapi ada juga kekecawaan yang bikin merana. Bagaimana tidak kecewa, jauh-jauh datang dari daerah ke jakarta, ternyata nasib tidak memihak kita. Namun, itu semua bukan masalah. Rasa kekeluargaan justru hadir di saat itu juga. Bukan untuk menghibur kesedihan, tapi melupakan kekecewaan dengan keceriaan. Di sinilah, titik dimana banyak hal yang tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata. Yang jelas, rasanya tidak ingin melepaskan kekeluargaan ini. Rasa persaudaraan atas nama perjuangan, dan kekeluargaan tanpa memandang siapakah anda gerangan.
Seperti tulisan di foto profil grup yang kini berganti nama jadi Alumni CPNS BNPT 2017 ini, “karena kita cuma ditakdirkan bertemu, bukan bersatu.” Semua perjuangan ini akhirnya hanya akan menjadi saling mengalahkan, dan berujung pada dipilihnya para pilihan. Ada yang bahagia, tapi ada juga yang kecewa. Ada yang ke tahap selanjutnya, tapi ada juga yang harus pulang tanpa hasil apa-apa. Kita semua pasti tidak akan bertemu dalam satu atap yang sama. Hanya mereka yang terpilih lah yang bisa merasakannya. Namun, support dari mereka yang harus pulang dengan tangan kosong, adalah kebesaran jiwa yang sangat mahal.
Terima kasih teman-teman semua. Rendi, Deni, Dika, Adit, Nurul, Ofi, Noor, Agus, Syarief, dan yang tiga ribu lebih peserta lain. Meski kita hanya ditakdirkan untuk bertemu, bukan bersatu, tapi pelajaran mahal yang saya dapatkan dari kalian, adalah takdir yang lebih berharga dari sekedar kemenangan.
Mari saling mendoakan! Kita sama-sama bangun negeri ini dengan tangan kita! Dimanapun kita berada, dan dengan cara apapun kita melakukannya.

You Might Also Like

0 komentar