Kacamata Berbeda
10.48.00
Kamu
pernah bilang, langit hari ini sangat menyeramkan. Hitam, pekat, gelap, seperti
sedang marah. Sayang, langit tidak pernah berubah gelap, langit selalu cerah,
bahkan ketika malam sekalipun. Dia hanya terselimuti awan. Hanya saja, kita
tidak pernah sadar akan hal itu. Kebiasaan kita memang selalu menggeneralisasikan
sesuatu. Menganggap langit tertutup awan gelap sebagai langit yang menggelap. Padahal
tidak, itu berbeda.
Tidak,
tidak, aku tidak menyalahkan kamu. Aku tau setiap orang berhak mempersepsikan
sesuatu secara bebas. Karena begini, Tika sayang, sesuatu yang kamu ucapkan
mungkin tidak sama dengan apa yang aku persepsikan. Tapi itu tidak masalah, karena
aku tau, aku juga harus memiliki kacamatamu. Iya, semacam memahami cara
pandangmu.
Setiap dari
kita tentu sulit untuk masuk ke cara pandang orang lain yang berseberangan
dengan cara pandang kita. Tapi sulit bukan berarti kita tidak bisa,
kan? Begini. Aku coba misalkan. Misalkan ketika kita sudah tinggal bersama ada
banyak pertengkaran, dan lama-lama kita mulai bosan akan hal tersebut. Ya, tentu,
kita punya permasalahan di kehidupan kita masing-masing, maka dari itu kita
berharap kalau dengan bersama pasangan kita masalah itu bisa kita lupakan. Namun,
ketika yang ada justru malah membuat masalah kita yang baru, kita pasti kesal,
kan? Tapi, Tikaku sayang, coba putar sedikit kacamata itu. Ambil dari sudut
pandang yang lain. Bukan, kah, lebih baik kita bertengkar, daripada kita
kehilangan satu sama lain? Bagiku begini, lebih baik ketika aku pulang ke rumah,
aku masih bisa melihatmu duduk tersenyum dengan manis menyambut letihku, meski
nanti kita pasti akan bertengkar tentang kenapa rumah masih begitu kotor. Ya,
tentu, daripada aku harus melihat seisi rumah kosong tanpa ada yang menyambutku
ketika sedang begitu lelah seharian berkutat dengan pekerjaan.
Seseorang
pernah bilang, pertengkaran adalah wujud bahwa partner kita memperhatikan kita.
Mendengar itu, sungguh, aku ingin segara menghampirimu. Aku ingin
berterima kasih kamu selalu memperhatikanku.
Jangan
berpikir aku selalu menyalahkanmu lagi, ya.
Tik, berantem lagi, yuk?
0 komentar