Kotaku

09.06.00

Dimulai sejak matahari terbit dengan secangkir teh panas dan roti panggang
Setiap orang satu persatu seakan diburu-buru oleh waktu
Mereka harus mengerahkan tenaga agar tidak sial terkena kemacetan panjang
Meski sebenarnya bangun pagi pun tidak banyak membantu

Ya, mau tidak mau pagi akan menyuguhkan kita dengan jegalan antrian kendaraan
Dituntut mendengar bunyi klakson tanpa henti, dan juga melihat lemparan berita dari sang loper koran
Olah raga gratis karena berlari mengejar bus kota yang tidak mau berhenti
Berdesak-desakan dengan earphone di telinga juga sudah jadi santapan fiksi pengguna kereta api

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat setengah
Pencari nafkah mulai kehilangan kesabaran ketika lampu masih saja merah
Tidak ada senyum merekah dari anak-anak sekolah yang menyebrang
Semua karena ribuan roda dua terus lewat tanpa henti menyerang

Sopir angkot berhenti di mana-mana untuk mengejar setoran
Mencari sedikit uang makan meski hanya lewat ibu-ibu atau anak sekolahan
Penumpang dipaksa berdempetan karena takut terlambat sampai tujuan
Tidak jarang ada yang tertidur, atau bahkan ada juga yang menyempatkan sarapan

Ironis, mencari nafkah seolah punya jiwa mistis untuk menarik manusia bekerja penuh peluh
Dipaksa melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun meski sebenarnya jenuh
Berkendara puluhan kilometer dari pinggiran kota hingga kantor tercinta
Rutinitas yang tidak pernah berubah meski hari libur tiba

Bercumbu dengan udara panas setiap pagi jadi irama lagu yang terus hidup bagi mereka yang tinggal di kota yang penuh sesak ini
Berekreasi hanya bisa dilakukan di tempat perbelanjaan dengan irama dangdut koplo yang bersahutan di sana-sini
Tidak ada alasan untuk dunia maya tumbuh pesat melebihi pembangunan ruko pertokoan
Karena metropolitan hidup dengan kuantitas konsumsi yang selalu kesetanan, terutama saat diskon bertebaran









                           …Inilah, kota yang kurindu tiap sudut kemacetannya.

You Might Also Like

0 komentar