Serangan Paling Mematikan

10.21.00

“Apa sih yang udah dia kasih buat kamu?”

“Cinta.”

“Yaelah, hari gini ngasih cuma cinta. Apa usaha dia buat hubungan kalian ke depan?”

“Gak mau udahan kalau aku minta udahan.”

“Apa usaha dia supaya kamu gak minta udahan terus?”

Aku diam.

“Dia ngeyakinin aku kalau kita bisa selamanya,” jawabku.

“Bukan omongan, tapi tindakan! Gak ada, kan?”

“Ada, kok!”

“Apa?! Dia itu gak berjuang kayak kamu berjuang buat dia. Bahkan, dia gak bisa ngasih kamu sesuatu yang bisa bikin kamu bahagia tanpa kamu minta. Inget kejadian sebulan lalu!”

“Cinta itu bukan apa yang udah kita dapet, tapi apa yang udah kita kasih.” sangkalku.

“Iya, cinta itu memberi. Tapi, kamu lupa, apa dia juga ngasih sama kayak kamu? Apa yang udah dia kasih coba jawab?! Jangan buta! Iya, kamu cinta dia. Tapi, dia? Hubungin teori kamu itu ke dia. Apa coba yang dia kasih atau usaha dia buat hubungan kalian? Apa itu yang namanya dia cinta sama kamu?! Kamu udah berusaha mati-matian jadi yang terbaik buat dia, sementara dia? Kamu pikirin itu,”

"Cinta itu menerima apa adanya! Dan aku nerima dia apa adanya," 

"Susah kalo ngomong sama orang yang hatinya buta. Percuma kamu nerima apa adanya, sementara dia gak bisa nerima kamu apa adanya. Gak inget sebulan lalu dia gimana? Apa itu yang namanya nerima kamu apa adanya?"

Aku diam. Ini lebih dari sebuah serangan jantung.

Apa yang baru saja dia katakan itu benar?

Aku bingung. Ini serangan paling mematikan.

You Might Also Like

0 komentar