Kalender Diskriminasi

14.20.00

Beberapa waktu yang lalu saya dikirimi sebuah kalender 2014 oleh Ayah saya. Ini bukan kalender biasa. Kalender yang dia berikan merupakan kalender politik. Katanya, orang rumah tidak mau menyimpannya, takut dianggap memihak. Oke, saya terima. Kebetulan juga saya memang sedang sibuk, tidak ada waktu untuk pergi membeli kalender.

Setelah menerimanya, saya perhatikan dengan seksama, ada yang aneh dari kalender ini. Tanggal-tanggal merah selain perayaan agama islam dinamai Hari Libur Nasional, tidak diberi nama sesuai perayaannya. Ini maksudnya apa? Sekalipun saya muslim, tapi ini tidak bisa dibiarkan. Ini sama halnya dalam bentuk diskriminasi. Sekalipun memang itu merupakan Hari Libur Nasional.

Begini, kita sebagai islam juga tidak boleh menyepelekan perayaan agama lain, walau hanya sekedar namanya saja. Apalagi ini merupakan salah satu bentuk kampanye, sangat ceroboh sekali saya rasa. Mana bisa seorang politikus membiarkan kehilangan dukungan dari agama lainnya. Kecerdasan dan nasionalismenya sangat dipertanyakan.

Bagi orang lain ini mungkin hanya hal sepele, tapi bagi saya ini tidak. Ini seperti pengarahan massa untuk tidak peduli dengan agama lain. Kenapa saya bilang begitu? Karena jelas, saya yakin, jika islam diperlakukan seperti itu, akan ada pertentangan keras di tengah masyarakat. Jangan karena islam adalah mayoritas, kita berhak menghakimi agama lain. Saya sangat tidak senang jika masalah agama dicampur aduk dengan Negara. Dalam bernegara, kita sama, satu Negara. Jangan sewenang-wenang, masalah prinsip dan keyakinan sangatlah pribadi, harus bebas. Tempatkan sesuai tempatnya.


*** Menghargai bukan berarti menyepelekan.

You Might Also Like

0 komentar