Jeda untuk Cerita yang Baru
11.27.00
Lima hari
terakhir ini kita belajar satu hal, yang mungkin memang itulah jalannya. Kamu hanya
butuh kita dekat, dan aku hanya butuh kita mengambil jeda. Itulah mengapa aku
ingin melepas tahun-tahun yang sangat berarti, untuk mencoba menerangkan redup
yang tidak bisa kamu dan beberapa dari mereka lihat. Bukan lingkungan yang
memaksaku menginginkan itu, tapi memang hati ini yang butuh, dan bisa saja kamu
juga butuh.
Aku tidak
tahu kenapa bisa seperti ini. Aku hanya menerjemahkan apa yang hatiku rasakan sejak
sebelum dan setelah kauberubah seperti ini. Ternyata, tetap saja sama. Dia tidak
peduli, hanya berjalan, berlari, dan berlalu tanpa mau menoleh, sedikitpun.
Sekarang, rasanya ingin sekali orang lain membantuku menghentikan cerita yang mulai
lelah kutuliskan. Bukan untuk memanaskan suasana, tapi hanya sekedar membuat
matahari di malam hari. Karena terkadang, jeda bukan saja sebuah media untuk
melanjutkan tulisan sebelumnya, tapi jeda bisa saja menjadi media untuk memulai
tulisan yang baru.
Aku
bukannya bisa melakukan, tapi aku memang harus melakukannya. Gerimis sudah
harus beranjak dari kerasnya dinding otakku, matamu, dan kehidupan kita. Jangan
ada lagi lelah di tengah jalan, karena aku tidak mau hujan mencoba berhenti menusukku
hanya karena belas kasihan. Percayalah, kita hanya butuh terang yang berbeda,
dari apa yang kita terangi sebelumnya. Maka dari itu, saat ini, dan seterusnya,
cerita sudah harus berganti.
Tetaplah
bersinar.
Cahaya itu,
sudah saatnya kembali ada, dengan bintang yang berbeda.
0 komentar