Masih Saja Mencintaimu

08.43.00

Kupikir aku sudah berhasil melupakanmu. Kupikir aku siap membuka hatiku untuk yang lain. Dan kupikir aku mampu dibahagiakan oleh orang selain kamu. Usahaku begitu keras untuk menghilangkan rasa ini. Namun ini tidak mudah, cinta yang tulus tidak akan bisa pergi begitu saja. Cinta yang tulus tidak akan berganti begitu saja. Sekalipun hadirmu sudah mulai menjauh; dan bergenggaman dengan yang lain.

Apapun yang kita lakukan sejak dua tahun silam seolah menjadi sebuah tanda tanya besar. Semua seperti berjalan dalam ketidakjelasan. Semua berlalu seperti tidak ada sebuah titik temu. Mungkinkah dulu hanya aku yang susah payah memperjuangkan kita? Mungkinkah dulu kata “iya” yang kauucapkan sejak awal hanya sebuah kata; bukan rasa?

Kamu sangat berbeda dari yang lainnya. Sederhana, manis, apa adanya, baik, solehah, menyenangkan, menggemaskan, tapi sulit ditebak. Bagiku, cinta itu tidak bersumber dari mata yang turun ke hati. Bukan pula bersumber dari wajah dengan pahatan yang diukir dengan sempurna, atau geraian rambut yang indah. Aku mencintai karena aku cinta. Ketika aku mencintaimu, aku cinta; dengan seperti itulah kamu adanya. Aku sangat mencintaimu dulu; begitu pula saat ini.

Hari-hari kulewati dengan banyak bertanya kepadamu. Apakah perasaanmu sedalam perasaan yang kurasakan? Ya, pasti! Jawabmu. Dan entah mengapa aku percaya dengan kata-katamu itu. Semua pesan singkatmu seolah menjadi candu. Semua candamu seolah menjadi bubuk rindu. Pelukmu ketika aku lemah dalam dingin seolah menjadi penguatnya. Bagaimana mungkin aku bisa begitu mudah melupakan hal-hal yang berwarna ketika bersamamu?

Kamu bisa dengan mudah melupakan segalanya; kebersamaanmu dengannya sudah cukup menjawab itu semua. Aku bukanlah sosok yang kamu inginkan. Aku bukanlah sosok yang kamu harapkan. Aku bukanlah sosok yang kamu tunggu. Aku bukanlah sosok yang kamu cari. Aku bukanlah sosok yang kamu rindu. Dan aku bukanlah sosok yang pantas untuk kamu singgahi. Menyakitkan memang jika keberadaanku hanya seperti benda yang tak diharapkan ada. Padahal, aku sudah berusaha semampuku untuk membahagiakanmu. Semua maumu selalu kuturuti, apapun itu. Namun nampaknya itu tidak pernah terlihat di matamu.

Dulu, kita banyak mengukir cerita, dan kini kamu mengakhirinya. Setiap hari aku terus mencoba menerima kenyataan dan perubahan ini. Setiap hari aku berusaha meyakinkan diriku bahwa suatu saat aku pasti bisa melupakanmu. Namun, ketika aku melihat hadirnya yang mendampingimu, ada sedikit goresan yang membuatku termenung pilu di kursi ini. Berdiam menatap dengan pandangan yang mulai kabur dan hati yang hancur. Ternyata, dari pengabaian dan rasa sakit yang kauberikan; aku masih saja mencintaimu.

You Might Also Like

0 komentar