Hujan dan Kerinduan

14.45.00

Hai, kamu tau? Di sini hujan lho. Iya, hal yang kita berdua sering temui, dulu. Hal yang selalu menemani saat aku berada di dekatmu. Hal yang membuat suasananya terasa menjadi lebih menarik. Aku masih ingat, saat pertama kita menjalani semuanya, aku menunggu kamu berlatih paskibra. Ketika itu, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore lebih. Langit mulai murung gelap. Dan aku sudah siap di depan sekolah, sesuai permintaanmu. Berselang beberapa menit kemudian, kamu pun datang, bersama beberapa temanmu. Kita mengobrol sebentar, dan akhirnya aku mengantarkanmu pulang. Sayangnya, awan sudah tidak mampu membendung air yang sudah seharusnya turun. Mau tidak mau, semua basah. Untungnya, sebelumnya jaketku sudah kupakaikan kepadamu. Setidaknya kamu tidak terlalu kebasahan. Biar saja aku dengan kaos yang sudah basah itu yang merasa kedinginan. Beberapa kali kita memang sering menerobos derasnya hujan saat berkendara, tapi tidak jarang juga kita menepi dan meneduh sesaat agar tidak ada yang sakit nantinya karena kehujanan.

Satu hal yang paling aku ingat adalah ketika siang hari itu kita sedang berada di tempat orang-orang “nongkrong”. Tiba-tiba gerimis menghujam bumi, akhirnya kita pun meneduh ke tempat dekat Sekolah Menengah Pertama yang sudah terbengkalai. Banyak orang-orang yang juga sedang meneduh. Kita duduk di selasar Ruko, menikmati derasnya air hujan dan kerasnya suara petir. Yang paling mengena adalah saat kamu membeli cimol, ya, terlebih lagi ketika itu kamu menyuapi aku. Tapi, bukan hanya satu cimol, justru sampai lima cimol sekaligus. Alhasil, mulutku pun penuh dengan cimol yang kausuapkan. Tidak hanya itu, terkadang kita menyelinginya dengan candaan. Hal itu mungkin akan selalu kuingat. Absurd memang, tapi menyenangkan.

Masih banyak sekali sebenarnya hal-hal bahagia, menyebalkan, tapi sangat kurindukan saat hujan mengiringi hari-hari kita.

Detik ini, bersama hujan aku merindukan saat-saat ketika kita berdua. Saat-saat yang memang sangat sulit kita wujudkan, dengan jarak yang menghalangi semuanya. Bahkan, dengan rasa rindu yang tertahankan ternyata bisa saja menjadi peluru yang cukup telak menyakiti kita ketika bertemu, yang hanya beberapa jam saja. Waktu yang sangat kuharapkan ketika tak bertemu, tapi sangat kusesalkan ketika kita mulai menampilkan sisi egois yang seharusnya tidak kita keluarkan di saat-saat seperti itu.


Aku sangat merindukan waktu-waktu bersamamu,
waktu yang kita lalui dengan candaan,
bukan amarah yang tak tertahankan.

You Might Also Like

0 komentar