Surat Dalam Jarak
15.51.00
Kamar
sesak, 3 April 2013
Hai,
sebenernya apa yang sangat menarik dari jarak yang jauh ini? Aku tidak bisa
menatapmu sesering dulu, aku juga sudah tidak sering lagi memegang wajahmu itu,
bahkan walau hanya duduk berdua bersamamu. Apa yang bisa kita harapkan dari jarak
yang memisahkan kita? Kautahu? Aku masih terlalu berharap hal yang sering kita
lakukan bersama itu terulang. Rasa rindu ini sangat menggebu, meskipun
kenyataannya selalu berkata, kautak ada di sampingku, saat ini. Semenjak jarak
mulai enggan bersahabat, kita sudah mulai bergerak dari zona yang pernah kita
lewati. Perlahan, satu-persatu hasrat untuk bertemu justru menjadi boomerang
yang membuat kita ingin melepaskan genggaman yang dulu selalu erat. Cintamu
sudah mulai tidak nyata; terlihat samar.
Dalam
jarak yang jauh ini, masihkah mungkin kita masih saling mendoakan seperti kata
kita sebelumnya? Seperti saat kita masih berdekatan, dan mulai mencoba menerima
kenyataan untuk harus bermimpi di tempat yang berbeda. Aku tidak lagi mengerti
dengan saat-saat yang terasa sangat sepi, kamu tidak ada di sampingku, dan
tidak pula memelukku seperti dahulu. Aku tak paham jua, saat air mataku
berjatuhan, hanya ada tanganku saja yang mencoba meninggalkan jejak. Tolong
jelaskan, apa yang selama ini membuat aku masih ingin bertahan dalam perih ini?
Aku
hanya bisa menatap sekumpulan fotomu. Merapalkan namamu dalam setiap doa yang
akupanjatkan. Menatap kata yang kaukirim ke telpon genggamku. Mendengar suara lembutmu
dari ujung telepon. Kulakukan semua seakan tidak ada hal yang terjadi, seakan
aku baik-baik saja, seakan aku tidak merasakan luka, seakan aku tidak pernah
menjatuhkan air mata; aku selalu berbohong dengan soal itu. Dan…apakah di sana
kaumemang tetap baik-baik saja? Apakah rindu yang akusimpan juga menemukan hal
yang sama di sana? Dan apakah semua rasa yang kita simpan dalam-dalam akan menemukan
titik temu?
Sayang, aku telalu lelah seperti ini.
Tolong,
kembalilah.
Kita ulangi
lagi hal-hal indah yang pernah terjadi.
0 komentar