Aku Letih Seperti Ini

15.37.00

Hai Key, tahukah kamu aku menulis ini bersama rasa sakit yang tidak benar-benar kamu pahami. Rasa sakit yang hanya aku rasakan sendiri tanpa hal yang disebut kepedulian sesama. Aku menatap laptopku dengan wajah yang lusuh, dan mulai mencoba menulis perasaan yang aku sesali untuk ada. Mengertikah kamu? Aku juga butuh kamu pedulikan. Seperti dulu.

Entah Karena kau terlalu buta untuk menilai atau terlalu egois untuk menyadarinya. Aku mencoba untuk bersabar, menghadapimu. Aku berusaha mempertahankan semuanya, semua hal yang harusnya aku lepas. Tahukah kamu, aku sudah menunggu lama untuk mengharapkan perhatianmu tertuju padaku. Tapi, tetap saja mereka seperti terlalu indah dariku. Kamu masih begitu, dengan sejuta kata yang kau keluarkan, dan tingkah yang tidak pernah berubah.

Apakah tidak pernah perjuangan itu terlihat olehmu? Semua rasa itu apakah kurang kuberi? Kamu butuh berapa lama lagi untuk tetap berada satu-satunya di hatiku? Akan aku berikan semua waktuku, asal satu, jangan pernah bermain seperti ini lagi.

Aku merasakan sakit itu sendirian. Perih! Terlebih kau hanya permainkan rasa yang ada itu. Kepalsuankah kau selama ini? Aku tak paham, pantaskah kebersamaan kita terus aku perjuangkan dengan keras seperti ini? Pantaskah sosokmu selalu menempati sisi tenang di jiwaku? Jika yang kudapatkan hanya pengabaian, ketidakpedulian, dan kepalsuan, pada bagian manakah yang bisa membuat aku bahagia?

Kamu berada jauh di sana, bersama mereka. Tak banyak yang kulakukan selain mengirim pesan singkat dan memberikan suara-suara rinduku dari ujung telepon. Memang, tak banyak yang bisa kita lakukan selain saling meredam rindu itu. Kau tau? Rasa perih itu selalu membesar, ia terus membuat cekungan luka yang tidak bisa disembuhkan. Semakin sering aku tak melihatmu, ketakutanku semakin menebal. Semakin kamu merasa nyaman dengan mereka, rasa tak ingin kehilangan itu sangat menyiksa.

Haruskah aku membandingkanmu dengan wanita-wanita itu, yang lebih pandai meluangkan waktunya untukku, memberikan perhatiannya walau hanya sebagai teman, daripada sedikit waktu dan perhatian yang kauluangkan untukku. Kamu tidak pernah peduli pada sakitku, perihku, dan sedihku. Kaubiarkan aku menyelesaikan segalanya sendiri. Apakah ini balasan untuk rasa yang lama kurasa? Dimana rasa pedulimu untukku? Mana kehadiranmu walau hanya dalam wujud sebuah perhatian? Semuanya kosong! Tidak ada sama sekali.

Jangan bilang cinta, jka kau tak bisa mempertahankannya. Jangan bilang rindu, jika itu hanya sebuah ilusi yang kau sendiri ragukan. Berhentilah, jika memang semuanya harus kita sudahi. Aku sudah letih menunggu.

You Might Also Like

0 komentar