Ari dan Ilman: Doping?

16.26.00


Malam ini Ilman dan Ari sedang bersantai di depan kostan mereka. Dengan sebuah gitar, cemilan dan juga minuman bersoda. Mereka bernyanyi kesana-kemari menikmati suasana gelap malam di kota Bandung yang dingin.
“Eh! Besok pagi lo gak ada jam kuliah bro?” kata Ari sambil menyeruput minuman bersoda.
“Ada, mata kuliah olahraga! Tes lari pula.” Kata Ilman lesu.
“Oh, tes lari ngelilingin stadion empat kali ya?”
“Iya nih! Lu udah ya?!”
“Iya dong! Asal lo tau, gue tuh paling cepet tau gak!” kata Ari menyombongkan diri.
“Hah? Ciyus? Enelan? Miapah?” kata Ilman dengan wajah menjijikan (kalau mau tau wajah menjijikan kayak gimana, lu sekarang pergi ke sebuah cermin, dan mengacalah! Itulah wajah menjijikan!)
“Najis!” kata Ari dengan wajah males.
“IcH @qYu NanYh@ eNeL@n QaQA!” (Kesalahan tidak terjadi pada tulisan ini, tapi kesalahan terjadi pada pengelihatan anda) kata Ilman dengan wajah yang lebih menjijikan. Tapi, tidak semenjijikan wajah orang yang membaca ini.
“Alay lu gak ketulungan sumpah!” kata Ari sambil menunjuk-nunjuk bahkan sampai menyolok-nyolok mata Ilman dengan geregetan.
“Sakit kampret!” kata Ilman mengusap-usap matanya.
“Nih, lu mau tau gak kenapa gue bisa cepet larinya?” Kata Ari dengan wajah meyakinkan.
“Kenapa tuh? Karena lu anak kuda liar ya? Oh iya…gue tau…lu diteriakin copet ya!”
“Salah! Gue dikejar banci!”
“Hah?” kata Ilman heran.
“Dan lu tau banci itu siapa? *dugdugdugdugdug* Bokap lu!!!” kata Ari seperti seorang penembak melepaskan pelatuk pistolnya.
“Apa?! *zoom in zoom out* Jadi…selama ini…di keluarga gue yang banci bukan cuma gue doang?” kata Ilman sedikit berdrama.
            “What?!” kata Ari shock.
            “Iya, eike itu…” kata Ilman dengan sedikit menarik celananya naik sampai terlihat sedikit pahanya. Mulutnya tersenyum manja. Lidahnya menjulur-julur. Tatapannya juga menggoda.
            Ari tidak mengedip sekali pun. Mulutnya menganga besar. Bahkan sampai lalat keluar masuk dari mulutnya.
            “Eh anjir maho! Seriusan ah!” kata Ari kesal.
            “Hahaha! Udah lu kasih tau gue rahasianya gimana biar gue larinya cepet?”
            “Nih gini! Lu beli minuman energi sekarang, terus nanti sebelum lari lu minum tuh! Gue jamin lari lu kenceng! Percaya deh sama gue!”
            “Oh…maksudnya pake doping gitu?!”
            “Nah itu! Tumben otak lu encer?”
            “Ah? Apa? Encer? Gue gak normal dong? Yang gue tau kan otak itu padet, enggak encer!” kata Ilman memegangi kepalanya kelimpungan.
            “Baru gue muji, ternyata otak lu tetep aja ngegeser! Hah!” bisik Ari menyesal.
            “Hah? Apa? Otak gue ngegeser? Gue perlu operasi dong biar otak gue kembali ke posisi semula! Oh tidak!” kata Ilman histeris.
            “Terserah lu kampreeeet!” kata Ari pasrah.
            “Hahahahaha…” kata Ilman tertawa dan menggaruk-garuk kepala.
            “Udah lu sono beli minuman energinya!”
            “Sekarang?” kata Ilman polos. Ia mulai bangkit dari tempat duduknya.
            “Taun depan!!”
            “Oh yaudah!” kata Ilman kembali duduk.
            “Kupret! Sekaranglah!!” kata Ari sambil hendak melempar sendal.
“Eh iya iya…!” kata Ilman mulai berjalan menuju supermarket.
Ilman mulai mencari-cari minuman energi seperti yang di katakan oleh Ari supaya dia bisa kuat dalam tes lari besok. Setelah membayar. Ilman pun kembali ke kostan dengan wajah senang.
Di dalam kostan, Ari sedang mencari-cari minuman pelangsingnya. Kesana-kemari. Bolak-balik. Mundar-mandir. Jalan kesana-jalan kesini. Menggeledah di balik meja, kursi, lemari, sampai ke kloset kamar mandi. Dan akhirnya, setelah sekian lama mencari-cari akhirnya ketemu juga tuh minuman pelangsing di tasnya. Ia pun akhirnya menaruh minumannya itu di meja belajarnya dan Ilman. Kemudian, ia mulai merapihkan barang bawaannya untuk kuliah besok.
Tidak lama kemudian, Ilman datang dengan minuman energi miliknya. Kemudian ia menaruhnya di meja belajar bersebelahan dengan minuman pelangsingnya Ari. Setelah itu ia merapihkan tempat tidurnya untuk segera tidur.
***
Jam sudah menunjukan pukul 6.35. Ilman pun langsung melompat dari tempat tidurnya dan bergegas mandi. Karena takut terlambat, karena jam kuliah olahraga mulai jam 7.00. Ia pun hanya sekedar mandi bebek dan kemudian bersiap-siap. Dengan kelabakan, ia memakai pakaian olahraga, memasukan buku-buku dan segala macemnya. Dan dengan terburu-buru dia mengambil sebuah botol minuman di meja belajar bersama ia dan Ari. Kemudian ia pun berlari menuju kampus dengan tergesa-gesa.
“Ayo! Semua berkumpul!” kata dosennya Ilman.
Sebelum tes lari, ia pun mengikuti saran dari Ari untuk meminum minuman energi. Dengan cepat ia meneggak air dalam botol yang tadi ia bawa. Setelah habis, ia pun membuang botol itu. Kemudian, dia pun mulai berjalan dengan cepat membentuk barisan sesuai perintah dosennya. 
“Loh, katanya minuman energi! Kok gue gak ada semangat-semangatnya ya? Ah mungkin belum bereaksi, nanti juga bereaksi!” kata Ilman dalam hati.
“Oke! Ilman, Tono, Reno, Ahmad, dan Arif yang pertama!” kata dosennya.
Ilman pun bersiap-siap dan mengambil ancang-ancang untuk lari.
“Satu, dua, tiga!”
Ilman langsung berlari dengan cepat meninggalkan empat temannya yang lain, satu-dua putaran sudah dilewati. Ilman memimpin telak. Dia sudah jauh dari teman-temannya. Namun, tiba-tiba ia mulai merasa lelah. Teman-temannya mulai mendekati Ilman. Tinggal beberapa langkah saja.
Saat semua temannya mulai membalap Ilman, perut Ilman tiba-tiba bereaksi. Ia mulas. Kebelet. Dia pun mulai kebingungan. Ia masih harus menyelesaikan tesnya. Dengan wajah berkeringat menahan mulas, Ilman pun berlari dengan sangat kencang. Matanya mulai menangis, ia sudah tidak kuat menahan mulas. Larinya pun semakin lama semakin cepat. Satu persatu temannya mulai disalip olehnya. Kini ia mulai meninggalkan jauh teman-temannya. Terus…dan semakin jauh…meninggalkan teman-temannya.
Akhirnya Ilman menyelesaikan putaran terakhirnya. Dan meninggalkan jauh pesaingnya. Semua teman-temannya bertepuk tangan takjub. Dosennya pun tersenyum bangga. Waktu yang dicatat Ilman hanya 8 menit. Menakjubkan. Namun, hal aneh terjadi dengan Ilman. Ia tidak berhenti berlari. Larinya terus berlalu dan semakin menjauh dari tempat finish. Ternyata semua teman-temannya langsung tersadar melihat ia berlari menuju toilet.
Seetelah bolak-balik puluhan kali menuju toilet, Ilman lalu mencari kembali botol minuman yang ia minum. Ia heran, apakah ini efek samping dari minuman energi yang ia beli kemarin. Ia terus mencari kesana-kemari. Lamaa…dan akhirnya ia menemukan sebuah botol kotor dan sudah tidak ada isinya di tempat semula ia buang. Tiba-tiba matanya tidak bisa bergerak, ia hanya bisa menelan ludah. Ia melihat dengan mata yang hampir keluar. Ternyata, botol itu bertuliskan “Pelangsing, 100% kurus!”.

You Might Also Like

0 komentar