Untuk Mereka Yang Kehilangan Kepercayaannya

08.05.00

Untuk mereka yang kehilangan kepercayaannya, kepada apapun, maupun terhadap siapapun.
***

Sejak kecil, saya selalu ingin menjadi seorang komposer. Dari SD, SMP, hingga SMA. Jika guru ataupun orang menanyakan “cita-cita kamu apa?” Saya pasti menjawab, “mau jadi komposer musik”. Namun, jalan hidup saya berubah ketika kepercayaan saya menjadi komposer hilang perlahan. Bukan karena olokan, ataupun masalah keungan, tapi karena kepercayaan saya terhadap orang-orang yang menghargai kerja seorang komposer nihil. Dimanapun, dan kapanpun, saya selalu menyaksikan orang-orang dengan bebas dan banggan mengunduh musik di laman-laman ilegal. Tanpa tahu, bahwa ada kerja keras seseorang yang mereka tak acuhkan.

Kemudian, saya menekuni tulis-menulis. Mulai dari sekedar blog, cerpen untuk mading, hingga akhirnya saya melahirkan sebuah novel “self-publishing” pertama saya tiga tahun silam. Entah sejak kapan tepatnya, ketika SMP saya mulai menemukan kecintaan saya kepada sastra—terutama puisi. Dahulu, saya suka menuliskan puisi atau sajak kepada orang-orang yang saya cintai. Beberapa orang di antara mereka bahkan meminta saya mengirimkannya kepada majalah atau koran. Namun saat itu saya masih naif, saya seperti tidak punya nyali untuk mengembangkan tulisan saya, dan puas menerima tulisan itu hanya sebagai lirik lagu atau sajak yang tertulis di selembaran kertas yang berceceran. Kini, saya sedang vakum sejenak dari dunia blog dan tulis-menulis fiksi. Sejak enam bulan silam, saya sedang memokuskan diri untuk menyelesaikan tulisan nonfiksi bergenre penelitian ilmiah, alias skripsi.

Jujur, sampai saat ini, saya masih berharap bisa mengembangkan kemampuan composing saya. Bahkan, ketika saya mengajar—bahasa inggris, sesekali saya mencoba menarik insting musik saya keluar. Seperti melagukan isi materi dari pembahasan pelajaran yang saya ajarkan saat itu. Hal ini agar anak-anak bisa menyerap dengan mudah apa yang saya ajarkan.
***

Untuk mereka yang kehilangan kepercayaannya, kepada apapun, maupun terhadap siapapun.

Kita sama, dan sepertinya pasti akan sama.
Kita sama-sama kehilangan kepercayaan kita, namun saya yakin kepercayaan itu tidak akan benar-benar habis, hingga kapanpun. Sama seperti saya, yang masih percaya saya bisa hidup bersama otak yang menciptakan nada-nada.

Maka dari itu, jangan kubur kepercayanmu, kepada apapun, maupun terhadap siapapun! Tetap simpan apinya! Hingga suatu saat nanti—waktu membukakan pintu agar kamu menunjukkannya—tiba, kobarkanlah! Dan tunjukkan kepada mereka apimu itu adalah hidupmu, yang tidak akan pernah kamu izinkan untuk mati.

You Might Also Like

0 komentar