Cinta Tidak Mengenal Dimensi

14.21.00

“Kamu tau gak kenapa orang-orang bilang kalo cinta itu gak harus memiliki?”

“Mungkin karena dia gak bisa milikin orang yang dia cintai?”

“Salah satunya itu.”

“Terus apa lagi?”

“Sebenernya…ada alasan lain kenapa cinta itu gak harus memiliki.”

“Apa?”

“Karena dia gak bisa mengungkapkan cinta itu sama orang yang dia cinta.”

“Hmm…”

“Dan itu terjadi sama aku.”

“Maksudnya?”

“Ah, enggak aku bercanda aja kok!” kata Gina tertawa hambar.  Raut wajah Gina mulai tidak karuan. Matanya berkaca-kaca.

“Kamu kenapa? Jujur aja sama aku.” ucap Chandra tersenyum. Tangannya mulai menggenggam tangan Gina.

“Aku gak tau ini apa, aku juga gak tau kenapa bisa kayak gini."

“Hmm?”

“Terkadang aku seneng liat orang yang aku cintai itu bahagia, tapi di waktu yang sama aku juga sedih, karena dia bahagia bersama orang yang dia cinta, dan itu bukan aku, orang yang cinta sama dia.”

“Kenapa kamu gak bilang sama dia kalo kamu cinta sama dia?”

“Harus ya? Udah cukup lama aku ngasih semua hal yang aku bilang cinta itu sama dia, tapi dia tetep aja gak ngerasain cinta dari aku itu.”

“Gin, semakin lama kamu nahan bakal semakin sakit!”

“Aku udah terlalu sering nahan sakit, Chan. Ngeliat orang yang aku cinta sama orang lain aja itu sakitnya bukan main. Kadang, aku pengen lari ke mereka berdua, terus bilang kalo aku cinta sama dia. Tapi sayang, aku juga punya hati. Aku gak mungkin ngelukain orang yang dicintai orang yang aku cinta. Karena aku tau, aku bukan orang yang dicintai sama dia.”

“Emang siapa sih orang yang kamu cinta itu? Biar aku yang bilang semua!”

“Maaf, aku gak mungkin bilang.” kata Gina melepas genggaman Chandra. Wajahnya menyiratkan kalau ia mencoba untuk menghindari Chandra.

“Gin, jujur sama aku!”

“Aku takut semuanya bakal berantakan.”

“Kamu gak akan tau kalo kamu gak nyoba buat bilang!”

“Tapi…”

“Tapi apa lagi?!”

“Maaf aku gak bisa. Aku janji, suatu saat nanti kamu bakal tau kok.”

*********

Semenjak percakapan mereka di Rumah Gina, Gina seperti mencoba untuk menjauh dari Chandra. Entah apa yang terjadi. Sekalipun Chandra berkunjung ke rumah Gina, namun Gina tetap menolak untuk menemuinya. Dia ingin menyendiri, tidak mau ditemui oleh siapapun.

Waktu perlahan semakin berlalu. Gina dan Chandra semakin jauh. Mereka seperti sudah memiliki dunianya sendiri tanpa satu sama lain. Walau rasa kehilangan itu sangat terasa, tapi dunia tetap harus mereka lewati.

*********

Beberapa waktu lalu, hal mengerikan terjadi. Ketika hendak berkunjung ke Jepang, pesawat yang ditumpangi Gina mengalami kerusakan, hingga akhirnya terbakar. Naasnya bangkai pesawat itu ditemukan tanpa sisa di tengah laut. Semua penumpang ditemukan dengan tubuh yang tak beraturan.

Namun, baru sekitar satu bulan setelah kejadian tersebut, Chandra mendapat kabar akan hal yang terjadi dengan Gina. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung menuju tempat dimana Gina dimakamkan. Disana ia berdoa, berharap Gina mendapat tempat yang indah di dunia yang berbeda.

Tidak lupa Chandra juga mengunjungi kediaman Gina. Dia bertemu dengan orang tua Gina. Yang sangat jelas terlihat belum bisa melepaskan Gina. Namun, ketika hendak kembali ke rumah, Chandra dititipkan sebuah surat yang ditemukan oleh Ibunda Gina di selipan buku harian Gina ketika ia hendak merapikan barang-barang Gina yang akan disumbangkan.

“Chan, ini dari Gina buat kamu. Ibu harap ini menjadi hal yang bisa menenangkan Gina disana, karena sudah Ibu kasih sama orang yang dituju.”

“Iya, Bu. Terima kasih.”

Chandra pun mulai membuka surat itu, dari luar tertulis: Berikan ini pada orangnya ketika aku sudah berada di dunia yang tidak terlihat

Hai, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku harap kamu baik-baik saja bahkan sampai setelah menerima ini. Aku gak mau nulis panjang lebar, aku cuma mau bercerita tentang apa yang aku rasain, dan hal yang gak pernah kamu rasain balik.

Sebenernya, aku marah sama kamu. Sangat marah. Kenapa kamu gak pernah ngerasain rasa yang sangat nyiksa aku itu? Apa harus aku bilang sama kamu? Supaya kamu tau semuanya? Huh, mungkin, waktu itu harusnya aku berkata yang sebenarnya. Bukan menutupi. Kalau saja kita kembali ke waktu itu, aku mau jawab pertanyaan kamu itu. Sebenernya orang yang aku cintai itu kamu, Chan. Aku cinta sama kamu dari dulu. Aku udah kasih semuanya sama kamu, dan itu adalah rasa cinta, bukan rasa yang kamu anggap biasa.

Yasudahlah, toh saat kamu baca tulisan ini, aku sudah tenang di dunia lain. Walau tidak dengan hati ini. Hati yang tak mendapatkan rasa yang sama dari orang yang dia berikan rasa.

Aku harap, kamu akan selalu menemukan cahaya tanpa aku. Percayalah, disini aku akan ikut merasakan apa yang kamu rasa. Entah itu senang, ataupun sedih.

Teruslah berjalan, Chan. Waktuku sudah habis. Satu-satunya hal yang masih aku bisa beri cuma tersenyum. Dari dalam hati kamu. Orang yang aku cinta. Meski kita beda dunia.”


                                                                                 -Gina-

You Might Also Like

0 komentar