Kubawa
segenggam kerinduan
tuk
hangatkan jantung rembulan
Bermandi
desau angin lelautan
aku
kirimkan dengan perlahan
Hanya
matahari, dan bulan
tanpa
jeda terus bersentuhan.
Untuk mereka yang kehilangan kepercayaannya, kepada apapun,
maupun terhadap siapapun.
***
Sejak kecil, saya selalu
ingin menjadi seorang komposer. Dari SD, SMP, hingga SMA. Jika guru ataupun
orang menanyakan “cita-cita kamu apa?” Saya pasti menjawab, “mau jadi komposer musik”.
Namun, jalan hidup saya berubah ketika kepercayaan saya menjadi komposer hilang
perlahan. Bukan karena olokan, ataupun masalah keungan, tapi karena kepercayaan
saya terhadap orang-orang yang menghargai kerja seorang komposer nihil. Dimanapun,
dan kapanpun, saya selalu menyaksikan orang-orang dengan bebas dan banggan mengunduh
musik di laman-laman ilegal. Tanpa tahu, bahwa ada kerja keras seseorang yang
mereka tak acuhkan.
Kemudian, saya menekuni
tulis-menulis. Mulai dari sekedar blog, cerpen untuk mading, hingga akhirnya
saya melahirkan sebuah novel “self-publishing”
pertama saya tiga tahun silam. Entah sejak kapan tepatnya, ketika SMP saya
mulai menemukan kecintaan saya kepada sastra—terutama puisi. Dahulu, saya suka
menuliskan puisi atau sajak kepada orang-orang yang saya cintai. Beberapa orang
di antara mereka bahkan meminta saya mengirimkannya kepada majalah atau koran. Namun
saat itu saya masih naif, saya seperti tidak punya nyali untuk mengembangkan
tulisan saya, dan puas menerima tulisan itu hanya sebagai lirik lagu atau sajak
yang tertulis di selembaran kertas yang berceceran. Kini, saya sedang vakum
sejenak dari dunia blog dan tulis-menulis fiksi. Sejak enam bulan silam, saya
sedang memokuskan diri untuk menyelesaikan tulisan nonfiksi bergenre penelitian
ilmiah, alias skripsi.
Jujur, sampai saat ini,
saya masih berharap bisa mengembangkan kemampuan composing saya. Bahkan, ketika saya mengajar—bahasa inggris, sesekali
saya mencoba menarik insting musik saya
keluar. Seperti melagukan isi materi dari pembahasan pelajaran yang saya
ajarkan saat itu. Hal ini agar anak-anak bisa menyerap dengan mudah apa yang
saya ajarkan.
***
Untuk mereka yang kehilangan kepercayaannya, kepada apapun,
maupun terhadap siapapun.
Kita sama, dan
sepertinya pasti akan sama.
Kita sama-sama
kehilangan kepercayaan kita, namun saya yakin kepercayaan itu tidak akan
benar-benar habis, hingga kapanpun. Sama seperti saya, yang masih percaya saya
bisa hidup bersama otak yang menciptakan nada-nada.
Maka dari itu, jangan
kubur kepercayanmu, kepada apapun, maupun terhadap siapapun! Tetap simpan
apinya! Hingga suatu saat nanti—waktu membukakan pintu agar kamu menunjukkannya—tiba,
kobarkanlah! Dan tunjukkan kepada mereka apimu itu adalah hidupmu, yang tidak
akan pernah kamu izinkan untuk mati.