Kesepianku

09.21.00


Waktu berlalu dengan sangat cepat. Melewati apa yang kita kira sebelumnya. Semuanya mulai berubah, begitu juga kamu, begitu juga aku, dan juga kita. Waktu telah menghapus jejak detik kita yang terasa tak berbeda, ia bahkan memutarbalikkan segalanya menjadi sangat indah, dulu. Tak ada yang mengira, kapan perpisahan menjadi penyebab semua gundah yang berkecambuk. Aku menjalani, kamu meyakinkan aku, namun pada akhirnya waktu juga yang menentukan batas dari cerita yang kita buat. Kamu tidak pernah punya hak untuk menentukan, begitu pula aku. Itulah salah kita, yang hanya berharap tanpa menjaga dengan kuat.

Kaubilang, tak akan ada yang berbeda, tidak akan ada pula yang terasa begitu menyakitkan. Tapi, siapa yang tahu perasaan seseorang di hati yang terdalam? Mulut hanya berkata, tapi tetap hati yang merasa. Kalau boleh aku jujur, semua mulai terasa asing dan berbeda. Ketika hari-hari yang kulewati seperti tebakan yang sudah kuketahui apa jawabannya. Tak ada lagi kejutan, tak banyak hal-hal penuh misteri yang membuatku penasaran. Aku seperti seorang paranormal, selalu meramalkan setiap menit di depan waktu yang saat ini kujalani. Hari-hariku menjadi terasa hambar. Aku terlalu mudah mengerti sebuah peristiwa, tanpa pernah memiliki sedikit rasa ingin untuk menyelami lebih dalam. Aku paham dengan detik yang sangat mudah kuprediksi, semuanya memang tidak menarik. Kepastian membuatku bungkam, sehingga aku kehilangan rasa untuk mencoba mencari dan terus mencari. Itulah mengapa setelah tidak ada lagi kamu di sini. Semuanya kosong.

Bagaimana caranya aku menjelaskan banyak hal yang tidak kamu rasakan? Aku berada dalam ruangan gelap dan hampa, dan aku tetap menunggu rengkuhan jemarimu yang akan mempertemukan aku pada cahaya dan memberiku sebaris udara. Namun sayang, kini tanganmu bahkan enggan menyentuh setiap celah dalam jemariku, dan kehangatan yang kurindukan hanyalah omong kosong yang memekakkan telinga. Harapanku terlalu jauh mustahil untuk mengubah semuanya seperti dulu, saat waktu yang kita jalani adalah cinta yang terasa sangat seutuhnya, saat masih ada kamu dalam jejak hari yang kuukir.

Perpisahan seperti mendorongku pada realita yang selama ini sangat aku takutkan. Kehilangan mempersatukan aku pada air mata yang selalu jatuh tanpa sebab yang kuketahui. Aku sulit memahami kenyataan bahwa aku tak lagi ada dalam duniamu, aku semakin tak bisa menerima keadaan yang semakin menyudutkanku dalam kepedihan. Semua kenangan bergantian melewati otakku, bagai air hujan yang terus jatuh di pagi ini. Dan, aku baru sadar, ternyata kamu sangat manis, mengagumkan, dan sangat mencintai aku, tapi itu dulu. Ah, begitu sulit hal itu kulupakan.

Sepertinya ada yang kurang. Ada yang tidak lengkap. Aku terlalu terbiasa akan kehadiranmu, dan ketika aku menjalani setiap detikku tanpamu, yang kurasa hanya bayang-bayang yang selalu menabrakku bersama rasa takut. Entah mengapa, selalu saja ada rasa takut tanpa sebab yang memaksaku untuk terus memikirkanmu. Ada sebuah kekuatan dalam pikiranku yang selalu mengkhawatirkanmu, tapi begitu sulit untuk kujelaskan. Salahkah jika aku inginkan cinta yang kauberi itu sempurna? Salahkah jika aku benci perpisahan kita?

Tak banyak yang ingin kujelaskan, saat kesepian menghadangku setiap detik. Biasanya, selalu ada suaramu yang mengantarku untuk melewati hari yang menantang. Kali ini, aku sendiri, memikirkan kamu tanpa henti, bersama tangis. Jika kau sudah melanjutkan hidupmu dengan duniamu tanpaku, apakah mungkin yang telah putus akan tersambung secara utuh? Aku tak tahu dan tak mau memikirkan keadaan yang tak mungkin ada. Semua sudah jelas, walau memang sulit untukku memahami, kenapa harus terus terjadi? Apakah semuanya sama saja? Orang baru memang sangat menggiurkan dari orang lama, dia selalu hadir dengan sebuah kebahagiaan, yang membuatku terus disakiti. Bukankah di luar sana masih banyak orang jahat? Kenapa harus selalu aku yang merasakan? Jangan tanyakan padaku, jika senyumku tidak lagi ada, seperti dulu. Jangan salahkan aku, jika pelangi dalam duniaku tinggal warna hitam pekat. Setelah kamu tinggalkan surga milik kita, semuanya jadi berbeda. Aku bahkan tak lagi mengenal diriku sendiri, karena separuh yang ada dalam diriku sudah terbawa olehmu, yang telah pergi, dan entah akan kembali atau tidak. Kau bilang kau jahat. Tapi itu sudah terlambat, kau sudah menikmati harimu dengannya. Dan yang pasti, selalu tanpaku.

Aku merindukanmu, aku merindukan cinta yang kauberi dengan sepenuh hati kepadaku, dan  juga kita yang dulu.

You Might Also Like

0 komentar